Pengalaman Lucu dalam Hidup
Aku akan menceritakan pengalaman lucuku dan keluargaku pertama kali ke Tokaben, salah
satu daerah di Bukit Geger, mungkin masih kabupaten Bangkalan, saat itu aku masih kelas 7
Sekolah Menengah Pertama. Kami sekeluarga ke Tokaben berniat menghadiri pernikahan
salah satu saudara yang ada disana, namanya juga baru pertama kali ke daerah terpencil jadi
kami sekeluarga berkali kali nyasar di hutan hutan, bahkan ada satu sepupu cowok ku
tercebur sungai, aku kasihan tapi ngakak juga, untung saja sungainya dangkal. Capek, lelah,
lemah, lesu rasanya berjam jam tidak sampai sampai, ingin meminta pertolongan saudara
yang di perkampungan situ tapi tidak ada sinyal, mana kami sekeluarga salah kostum pula,
terlalu heboh pakaian yang kami kenakan untuk sekedar kondangan di daerah terpencil.
Jalanan yang becek dan licin semakin menyulitkan perjalanan kami, apalagi ibu ibu yang
sibuk mengomel karena gaunnya kotor terkena noda tanah. Sampai akhirnya kita menemui
sebuah sungai, tapi tidak bisa dikatakan sungai juga karena tidak ada airnya hanya bebatuan
dan lumpur tetapi sangat dalam, kita sekeluarga tentu saja bingung akan bagaimana ini
melintasinya sedangkan jalur ini salah satunya yang bisa di lalui. Pakde berinifiatif
memindahkan sebuah batang pohon jati yang tumbang untuk dijadikan sebuah jembatan,
dengan bantuan lekaki lainnya akhirnya jembatan itu jadi meski rawan tergelincir jika kita
melintasi di atasnya. Aku dan sepupuku lainnya tentu dengan mudah meliwati jembatan kecil
itu, berbeda dengan ibu ibu yang heboh karena tidak bisa melintasinya. Mik Ho, salah satu
kakak mamaku yang paling ribet saat melintasi jembbatan kecil itu, dengan ide cemerlangnya
beliau tidak mau jalan melintasi jembatan melainkan ngesot di atas jembatan dengan
memeluk batang pohon jati, kocak sekali eskpresi beliau sampai kita sekeluarga tidak dapat
menahan tawa melihat kejadian tersebut bukannya malah membantu, tapi serius kejadian ini
memang sangat kocak. Sebagai hukuman tidak membantu saat di jembatan tadi, aku dan para
sepupuku di suruh membawa bawaan berupa ember ember berisi tettel, yang paling kocak
adalah saat mas ku di suruh membawa tempeh berisi buah buahan yang di taruh di atas
kepala, tingkahnya sudah seperti gadis Bali yang akan ke Pura saja.
Setelah mewati sawah sawah yang membuat sepatuku tertanam di dalamnya, sampai juga kita
di rumah saudaraku itu, ternyata disana sudah ramai sekali. Aku bingung karena ini bukan
seperti pernikahan melainkan seperti tahlilan karena baju mereka tidak sesuai. Yang lebih
membuat aku dan sepupuku kaget adalah saudaraku yang menikah itu masih berusia 12
tahun, 1 tahun di bawahku dan suaminya berusia 14 tahun. Saudaraku yang disana menyoraki
aku dan sepupuku karena di daerah sana seunur ku ini subah banyak yang berumah tangga,
ngakak sekali aku mengetahiunya, ternyata yang menikah hari itu adek beserta kakak laki
lakinya, selesai akad nikah di rumah si adek kita semua berangkat ke rumah mempelai wanita
si kakak dengan naik kuda. Aku dan sepupuku tentu tidak mau ikut karena ingin jalan jalan di
sekitar situ saja, kita foto foto di sawah kemudian eksplor tempat lainnya sampai di kejar
bebek dan angsa, baju sampai kotor semua. Sepanjang kita jalan jalan di kampung itu yang
jarak dari rumah ke rumah bisa kiloan meter, sampai kita nyasar lagi karena lupa jalan
kembali, pemandangan anak seumuran kita sudah punya anak dan berkeluarga menjadi
pemandangan lucu kita sepanjang jalan. Cukup sampai disini cerita lucunya dan akan kita
sambung lain kesempatan, Bye Bye.
Komentar
Posting Komentar