Pengalaman Yang Paling Membuat Marah
PENGALAMAN YANG PALING MEMBUAT MARAH
Pengalaman ini terjadi saat aku kelas 8 Sekolah Menengah Pertama, saat itu pelajaran sejarah
yang diampu oleh Bu Rina S.pd yang merupakan guru favoritku. Kita mendapat tugas
kelompok membuat peda benua beserta penjelasanya, satu kelompok berisi 8 orang
berdasarkan tempat duduk, perasaanku sudah tidak enak karena aku duduk di barisan anak
anak nakal. Karena sistem tempat duduk di kelasku adalah di acak oleh wali kelas setiap 2
minggu sekali, dan kelompokku kebagian tugas benua Auatralia. Anggota kelompokku mulai
membagi tugas meski tidak jelas kapan akan kerja kelompok, aku kebagian tugas
menmggambar benua Auatralia di kertas A4, kata mereka kecil saja gambar nya jangan besar
besar, aku hanya meng-iya kan karena tidak mau membuat keributan dengan berrtengkar
musuh orang banyak begini. Aku yang menceritakan rencana kelompokku ke teman temanku
yang lain membuat mereka ingin memindahkanku ke kelompok mereka agar aku tidak ikut
terkena masalah jika hasil kerja kelompok mereka tidak sesui dengan kriteria penilaian guru
mata pelajaran sejarah. Aku tentu tidak mau karena merasa ikut bertanggung jawab dengan
hasil kerja kelompokku, pikirku saat itu adalah setidaknya nilai kelompokku bertambah dari
hasil gambar benua Australia ku yang bagus. Semakin bertambahnya hari aku semakin
bingung karena tidak ada rencana kerja kelompok sedangkan deadline semakin mepet. Saat
ku tanyakan kapan kerja kelompok, mereka kompak menjawab bagi tugas saja tidak usah
kerja kelompok karena merasa sibuk hingga tidak bisa membagi waktu untuk mengerjakan
tugas kelompok. Pikirku, sibuk apa? Sibuk berpacaran atau sibuk jalan jalankah?, aku sudah
sangat merasa kesal, rasa ingin menghujat mereka menggebu gebu di benakku tapi sifat tidak
enakan ini menghalangi ku untuk protes dan hanya menurut saja.
Hari untuk presentasi akhirnya datang pada hari ini, kelompokku mendapat giliran ke 2. Saat
maju kedepan perasaanku sudah tidak enak karena anggota kelompokku yang lain membawa
kertas besar yang di sambung, aku semakin bingung dan mulai deg degan saat mereka
melebarkan kertas tersebut di papan tulis dan berisi gambar benua Australia yang cukup
meenarik karena di tebali dengan spidol warna warni.Sebelum presentasi Bu Rina menilai
penampilan kita dahulu, kelompokku mendapat nilai minus karena anggota kelompokku
berpakaian tidak rapi, sekolah mewajibkan siswi muslim untuk berkerudung sedangkan
mereka tidak ada yang berkerudung, hanya aku yang berkerudung menyebabkan hanya aku
yang di puji berpakaian rapi sedangkan mereka tidak. Rambut berwarna karena semir dan
bentuk seperti sapu ijuk karena terlalu sering di smothing membuat mereka tampak sepeti
bukan siswa pada umumnya. Mereka juga membawa 2 makalah yang satunya di buat
pegangan saat presentasi dan satunya di berikan pada guru mapel sejarah tersebut, aku sudah
hampir menangis saat Bu Rina menanyakanku kenapa aku tidak mau ikut mengerjakan. Aku
bingung dan yang membuatku kaget adalah nama ku di makalah di tulis tidak mengerjakan,
apa apaan ini? Kenapa begini? Aku sudah tidak bisa berfikir lagi saat mereka, anggota
kelompokku dan Bu Rina semakin mencercarku dengan tuduhan mereka, aku di anggap tidak
bertanggung jawab dan pemalas karena tidak ikut kerja kelompok. Sekuat tenaga aku
mencoba menjelaskan bahwa aku mendapat tugas menggambar di kertas A4. Semakin sakit
dan kecewanya hatiku saat Bu Rina berkata “Kertasmu itu kecil, jadi tidak berguna”,
kenapa beliau bisa berkata seperti itu? Tidakkah beliau menghargai usahaku sedikit saja?.
Tentu kejadian ini menghambat proses pembelajaran, dan anak kelas memandangku penuh
iba karena berkelompok dengan segerombol siswi yang mereka sebut ‘Lonte sekolah’. Ya
seperti itulah jika aku marah aku akan berdiam diri untuk meredakan
Komentar
Posting Komentar