Gabut 20
Catatan Harian si Dina, Rabu 11 November 2020. Setelah
menulis blog kemarin aku bermain Cajon
di teras rumah bersama anak tongkrongan. Cajon (dibaca : Kahon) adalah sebuah
alat musik perkusi (alat musik pukul) seperti box drum yang berasal dari Peru. Sepertinya aku kecanduan bermain
alat musik ini. Meski permainanku tidak jelas dan terkesan abal abal, tapi aku tetap suka memainkannya. Bunyinya yang ngebass seperti drum, membuat pemainnya memiliki semangat lebih. Perasaan jadi tersalurkan
saat memukul Cajon ini, terlampiaskan
semua emosi. Aku suka dan memcoba mempelajarinya secara otodidak. Setiap kesempatan
aku akan duduk di atasnya dan memukul mukul sesuka hatiku yang penting sesuai
nada lagu bagiku. Setelah capek main Cajon,
aku berniat beli es di warung. Tentu saja sembunyi sembunyi dari kedua
orangtuaku. Apalagi aku hanya mempunyai uang Rp. 1.000-, yang pasti tidak bisa
untuk membeli Nutri sari, standar
kesehatan dari orangtuaku saat aku ingin beli es, agar tidak batuk katanya. Aku
juga penderita radang tenggorokan dan alergi dingin, jadi pantangan bagiku beli
es Marimas saat malam hari pula. Jadi
aku memutuskan beli Marimas rasa asem
saja sascetan, biar nanti ku seduh sendiri
di rumah. Untung saja Marimas ini
murah, Rp.1.000- dapat 2 sascet marimas. Aku menyeduh satu sascet di Tupperware
bekas kopi ku kemaren. Yang kemudian ku masukkan ke dalam frezzer agar dingin saat di
minum. Setelah itu aku kumpul kumpul lagi bersama orangtuaku, biasa
berghibah. Kami ngomongin Handphone
kembaranku yang bisa di nyalakan kembali. Huh bikin aku radak kesal saja,
kembaranku itu sumbunya pendek, tidak sabaran jadi gampang emosi dan merepotkan
orang orang di sekitarnya. Seperti kejadian Handphone
mati tersebut, cuman mati semalam tapi sudah panik luar biasa, sampai siangnya
langsung di belikan Handphone baru. Malam
semakin larut, aku sholat, ngaji kemudian skincarean dan lanjut kebiasaanku
sehari hari. Scroll Tiktok di Instagram dan baca Wattpad.
Paginya aku bangun untuk sholat subuh kemudian
menyapu halaman kemudian tidur lagi. Aku bangun karena di bangunkan Reppa
dengan suara teriakannya yang khas seperti anak kucing. Karena dapat informasi
dari group Whatsapp kalau ibu dosen
tidak bisa melakukan Google Meet jadi aku main saja dengan Reppa
yang rencananya siang ini di bawa ke PUSKESMAS untuk imunisasi, aku yakin Reppa
ini sehat walafiat. Siangnya aku kepikiran untuk membuat dadar gulung. Berbekal
resep dari Tiktok dan dari Om Kur,
aku memulai meracik bahan adonan. Aku membuat dadar gulung di temani 2 om ku,
Om Kur dan Om Kim yang sedang menggendong Reppa. Reppa heboh kalau sudah
melihat makanan, bibirnya maju mengerucut saat melihat aku mencoba menggulung
telur yang ada di wajan yang susah sekali nempelnya. Ternyata cuman jadi 6
biji, dengan gagang sempol aku menggulungnya. Ternyata enak juga meski di cocol
hanya dengan kecap. Meski tidak puas karena makan cuman sedikit, aku jadi
berencana ke pasar SAI saja buat beli dadar gulung, sosis pletok, cemilan serba
2 ribu, es dan batagor. Aku main terus bersama Reppa sampai ashar dan kemudian
aku ketiduran. Bangun bangun aku di suruh cuci baju masih dengan nyawa belum
terkumpul. Setelah itu aku keteras sambil makan, ternyata ada Reppa. Kata kembaranku
Reppa habis jatuh dari gendongan, uhh sedih aku membayangkannya. Saat aku makan
ternyata Reppa tertarik dengan sendok besarku, bahkan dia tidak mau makan
dengan sendoknya sendiri. Setelah mandi, sholat dan lain lain aku main lagi
sama Reppa. Nonton sinetron dan menulis ini.
Komentar
Posting Komentar