Gabut 27

 

Catatan Harian si Dina, 19 November 2020. Kemarin ada Amreta di rumahku, si bocah cantik itu ku ajarin membaca dan menulis. Ada pula Reppa, ini bocil saat tahu ada anak kecil lain di rumahku pasti dia ingin ikutan main. Reppa itu cemburuan, jangankan sama bocil lain, aku kumpul kumpul bareng keluarga di teras terus dia lihat saja Reppa sudah jerit jerit kesal. Apalagi saat kemarin perhatianku hanya tercurahkan ke Amreta saja. Mamaku meminta agar aku dan kembaranku mengajari Amreta membaca dan menulis dan berkomunikasi, karena Amreta ini tidak bisa bahasa manusia. Mungkin ini cerita yang luput tidak ku ceritakan di blog sebelumnya atau sudah pernah, entah aku lupa. Pernah suatu siang Amreta main ke rumahku, tidak tahu siapa yang mengajak. Tiba tiba saja dia ada di kamar kembaranku nonton tayangan Upin-Ipin, Amreta menyebutnya Kemet. Sampai pukul 14.00 WIB kalau tidak salah, dia ada di rumahku kemudian di jemput maminya. Saat di jemput ini ada banyak drama, dia tidak mau pulang sampai menangis dan sembunyi di kamar kembaranku. Tubuhnya membatu tidak mau di bawa ke maminya, terpaksa ku gendong saja dia, ternyata ringan sekali masih beratan Reppa. Ternyata besoknya atau tepatnya kamarin siang, saat aku, bunda Reppa, papaku dan anak tongkrongan berghibah membahas Amreta. Amreta yang tidak bisa ngomong bahasa manusia memjadi hiburan tersendiri bagi anak tongkrongan, apalagi pernah Amreta di tanggap sama anak tongkrongan, di ajak ngomong bahasa manusia eh dia jawabnya pakai bahasa binatang. Impressive sekali Amreta ini. Saa kami semua mempertyanyakan siapakah gerangan yang mengajak Amreta main ke rumah dan kami semua saling tuduh menuduh, papaku tiba tibsa ngomong “ kasian tadi cuman diem di pinggir jalan kayak gembel, ya kusuh ke dalem saja’ bisa bisanbya baru ngaku saat semua orang sudah saling tuduh. Nah saat aku mengajari Amreta ini si Reppa berkali kali lewat melintas di depan Amreta yang sedang menulis dan dengan sengaja kakinya menginjak kertas belajar Amreta saat merangkak. Reppa kalau kesel dan cemburu itu lucu banget. Bahkan saat Amreta mengalah saat kertasnya di rebut Reppa dan beralih main cajon, Reppa pun mengikutinya. Sampai rebutan kursi pun dilakukannya, padahal untuk berdiri saja Reppa masih belum terlalu kuat malah bersaing dengan anak usia 4 tahun.malamnya kegiatanku tetap sama seperti malam sebelumnya. Paginya seperti biasa aku bangun kemudian tidur lagi, tapi tadi subuh ada mati lampu. Untung saja Hp ku ku pasang stiker glow in the dark jadi bisa buat penerangan deh. Aku ini takut banget sama gelap, bisa di bilang phobia juga. Pukul 08.00 WIB aku bangun, biasanya ada Reppa di depan, tapi ini tidak ada. Pukul 10.00 WIB an aku mendengar suara ramai ternyata anak tongkrongan dan papaku ada di rumah Reppa, usut punya usut ternyata mereka pindah lokasi perghibahan karena lokasi rumah Reppa dekat dengan objek ghibahnya. Sampai siang aku main sama Reppa meski akhir akhir ini dia agak rewel gara gara numbuh gigi. Sorenya setelah bersih bersih rumah aku menemuksan suatu ide karya seni saat melihat tumpukan sabut kurma di taman rumah. Yasudah ku cuci dulu besok baru eksekusi kalau tidak malas. Saat sore sekitar pukul 16.30 WIB, papa mengajakku ke Sana, tapi tidak jadi karena hujan. Hujannya awet sampai isya, berhubung sambungan wifi di putus saat petir jadi aku sekeluarga ghibah saja di teras. Asyik tahu berghibah bareng keluarga itu, berasa gaada dosa. Kemudian saat terang kami sekeluarga nonton sinetron bareng, apalagi kalau bukan si mas Al, padahal sebelumnya aku sempat nonton On The Spot di Trans7. Kemudian saat sudah bersambung aku mulai menulis ini. Cukup sekian wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut 68

Kucing dan Ikan Asin

Aku