Gabut 28
Catatan Harian si Dina, 20 November 2020. Semalam setelah
aku menulis blog aku melakukan hal rutin yang biasa ku lakukan yaitu scroll Tiktok di Instagram dan baca Wattpad.
Kemudian tidur deh. Paginya seperti biasa bangunnya, tapi hari ini papa
membangunkanku lebih awal karena di luar ada Hanan, anaknya Om Thole sedang
cukur rambut. Saat aku keluar ternyata ada Reppa bersama mbahnya. Reppa saat
melihat ku langsung terlonjak senang, saat ingin ku gendong dia malah meraih
tanganku untuk mengajaknya mentatah. Rupanya Reppa ingin ke Hanan yang duduk
anteng meski sedang di potong rambutnya oleh papaku. Tidak seperti bayi lainnya
contohnya saja Nabil, sepupu Hanan yang berusia 2 tahun sangat histeris saat di
cukur rambutnya beberapa hari yang lalu, bayi 16 bulan ini bahkan cuman diam
diatas kursi kaayu kecil sambil bermain kuas. Reppa yang menghampirinya pun
tidak dia hiraukan, tapi saat Reppa mau merebut kuas di tangannya dia bereaksi.
Reppa dan Hanan saling menjerit dan mengoceh, mu gkin di bahasa mereka itu
sedang bertengkar. Agar tidak semakin ribut dan berujung menangis, aku membawa
Reppa ke kursi bambu di bawah pohon rambutan. Rupanya Repa menginnginkan makan
bubur kacang hijau, tapi tidak di prerbolehkan karena belum makan nasi. Aku membawanya
pulang agar cepat makan nasi, tapi saat di suapi bundanya nasi Reppa malah
merajuk, duh masih bayi tapi sudah bisa merajuk. Agak siangan aku diajak papaku
ke desa Kesono untuk mengantar kelapa pesanan sebanyak 10 biji. Pulang dari
sana kami jalan jalan dulu, jalan jalan versi ku dan papa itu observasi
tumbuhan. Jadi kita ke bendungan di pinggir suangi berantas sambil melihat
lihat orang mancing. Aku di jelaskan tentang nama tumbuhan tumbuhan yang tumbuh
liar, manfaatnya, cara pengolahannya sampai budidayanya. Tentang hewan juga aku
banyak mendapat pengetahuan baru. Aku dan papaku sering bertukar pikiran
membahas apa saja yang menjadi pertannyaan di benakku, terkadang kami
memikirkan jenis usaha apa yang ingin di geluti, profesiku kedepannya dan
rencana rencana masa depan lainnya. Aku tidak butuh orang tua yang kaya raya
sehingga apapun yang kuminta akan dengan cepat di turuti. Aku beruntung
memiliki orang tua yang bahkan tanpa aku bicarapun mereka tahu apa yang ku
pikirkan, mereka bisa menjadi teman nongkrong, teman jalan, guru, sahabat,
teman diskusi, dan bahkan aku kadang merasa papaku ini seperti Branly hidup, beliau tahu semuanya dan
bahkan penjelasannya sangat mudah di pahami. Pulang dari alam liar aku main
bersama Reppa. Oh iya sebelum berangkat tadi, papa dan kembaranku menjemput
Kaisha ke sini. Jadi saat aku pulang rumahku ramai sekali, banyak bocilnya. Ada Syakira, Amreta, Kaisha
dan tidak keringgalan yang paling barbar
Reppa. Meski yang paling kecil, Reppa ini tidak mau kalah, selalu ingin seperti
yang lainnya. Cerita di sore hari akan ku ceritakan di blog besok karena aku
ingin cerita saat aku melakukan bedah buku via
online. Jadi dari minggu kemarin, yang selalu menemaniku sampai tengah
malam bedah buku itu papaku. Beliau menyiapakanku makanan, minuman sampai
cemilan kalau mamaku sudah ketiduran- alih tugas dari mamaku-. Papaku juga ikut
berdiskusi dan mengeluarkan pendapatnya, itu membuatku tidak jadi bertanya di
forum dan lebih suka tanya ke papa saja, karena jujur saja penjelasan dari papa
lebih masuk akal dan valid. Sampai selesai
diskusi beliau tetap memastikan aku agar tidak terlalu mamaksakan diri dan
segera tidur. Setelah cuci muka, skincarean
aku menulis blog ini. Cukup sampai disini saja ya Wassalam.
Komentar
Posting Komentar