Gabut 36
Catatan Harian si Dina, Sabtu 28 November 2020.
Bingung aku sebenernya, kalau menurut mbak El catatan harian ku itu tidak
bermakna. Mbak El tidak bilang punyaku sih, tapi aku merasa. Karena aku suka ku
tulis apa saja yang ku lakukan meski itu hal gabut. Duh males aku, saat menulis
ini mbakku lagi telponan sama pacarnya dan tanya nanyain kegiatanku begitu,
biasanya gk suka begitu. Aku tahu dia begitu karena caper ke pacarnya, agar
terlihat punya kehidupan dengan belagak sibuk di rumah. Tidak papalah ini catatan
harian sedikit tidak bermakna karena kalau terlalu bermakna jadinya sama dengan
catatan perjalanan. Jadinya ya begini saja, jujur ini aku susah mikir karena
saat mengetik gini kakiku nyut nyutan. Jadi saat pagi hari kami semua anak
angkatan 2020 berkumpul di kost tidak tahu ini kost siapa jadi kita sebut
kostan kating saja. Pukul 05.00 WIB kita kulpul sesuai arahan mas mbaknya, aku
dan Viola menjadi orang pertama yang sampai saking tepat waktunya. Setelah itu
kami di beri materi tentang Lingkungan kampus, dari materi tersebut kami tahu
bahwa semua yang terlihat baik baik saja dan terkesan yang paling benar bisa
ada kebobrokannya juga. Ini terjadi pada semua element kampus, dari mulai
jabatan terbawah sampai para pimpinan juga. Dan semua ini berhasil di tutupi
dengan baik oleh pihak pihak yang bersangkutan. Dengan menampilkan semua
kebaikan seperti prestasi yang terlalu di gembar bomborkan sehingga terkesan
berlebihan. Setelah materi kami di perbolehkan untuk pulang dan mempersiapkan
barang bawaan yang akan di bawa pada diklat nanti. Pukul 12.00 WIB semua sudah
kumpul dan kita di beri materi tentang Analisis Sosial. Yang bewrisi tentang
proses proses pencarian fakta. Yang ku suka dari UKM ini itu saat makan
bersamanya, aku suka melihat rasa kekeluargaannya yang begitu erat. Di UKM ini
mas mbaknya itu terlihat akrab dan seperti sudah mengenal sampai akarnya
begitu, meski saling hina itu di mataku gemoii banget mereka. Dan tanpa sadar
anggota angkatan 20 juga terbawa virus kekeluargaanya. Kita ngobrol seperti sudah
bertemu dan berteman lama, saling hina, dan banyak barbarnya. Setelah makan
bersama dan bedoa, kamipun berangkat dengan harapan besar akan jalan jalan di
pantai. Aku ya mikirnya begitu karena suruh pakai celana semua dan bawa jas
hujan. Karena dalam pikiranku, berarti ini nanti ada basah basahan dan kotor
kotorannya. Ternyata tidak, kami di bawakan uang Rp.50.000- untuk dipergunakan
untuk transportasi. Arti dari uang cuman segitu mungkin bakalan ku jabarkan di
catatan harian. Kami di bawah naik angkot ke pelabuhan kamal, ongkosnya mahal
pula, meski sudah di tawar masih saja tidak mau. Aku sadar ini bapaknya mencoba
membodohi kami yang dapat di lihat dari omongnya kalau kimi ini pendatang,
setelah negosiasi alot kami sepakat membayar Rp.26.000- untuk 9 orang setelah
ongkos asli yaitu Rp.45.000-. Setelah selesai menyebrang kami di tugaskan ke
makam Sunan Ampel untuk melaksanakan tugas. Di makam ini kami berkumpul molor,
lebih dari waktu yang di tentukan, jadinya kami terlalu malam saat di Tunjungan
Plazza. Kami mlaksanakan tugas di sana dengan di iringi tatapan keheranan dan
merendahkan dari pengunjung disana. Karena kali tadi molor jadinya kami datang
saat mall sudah di tutup. Lama kami muter muter untuk mencari mas mbaknya higga
kita ketrmu dan mendapaat materi dari Mas Raju. Setelah itu kami ke warkop di
Wonokoromo. Kami ngobrol ngobrol sampai larut malam tentu saja bercanda canda
di depan emperan toko, samping warkop, persis gembel. Sudah ganti hari jadi
kita ganti blog ya...
Komentar
Posting Komentar