Gabut 40

 

Catatan Harian si Dina, Rabu 02 Desember 2020. Hari ini aku bangun seperti biasa, pagi pagi papaku sudah Vidio Call. Tidak tahu aku setelahnya apa, aku lupa. Kemudian mendekati waktu masuk kelas, aku mencuci baju. Cuman merendamnya dalam busa detergen saja sih. Kemudian aku kekamar karena mau setor hafalan sholat dan surat surat pendek. Setelah siap siap aku membuka laptop karena link sudah di bagikan. Ternyata kelasku terkena masalah, ibu dosen lelah mengajar di kelasku, beliau ingin mengundurkan diri. Beliau menjelaskan sambil menangis terisak, sakit hatiku melihatnya, kalau tatap muka  sudah pasti ku peluk beliau sambil memohon maaf. Akar dari permasalahannya adalah chat Whatsapp dari komting yang dirasa beliau terlalu kurang ajar, komting ku selalu menchat dosen satu jam sebelum di mulai perkelasan untuk konfirmasi kehadiran dosen. Apalagi chat yang terkesan kurang sopan seperti mengkepoi kegiatan dosen, kenapa sampai tidak masuk kelas saat dosen berhalangan hadir. Aku rasa itu memang tidak sopan, mungkin beberapa dosen tidak keberatan dengan itu, tapi tidak dengan dosenku yuang ini. Beliau meminta kami berganti komting, karena komtingku yang saat ini menjabat sudah mengundurkan diri dari mahasiswa UTM, dan tidak mengikuti UTS. Tapi dia balik lagi dan tiba tiba menyusul mengerjakan soal UTS yang sudah sangat terlambat tanpa ijin terlebih dahulu pada dosen pengampu. Apalagi itu ujian online, yang ada batasan waktunya. Kalau dia mengerjakan sekarang sudah pasti tidak adil bagi teman sekelas lainnya. Saat mengaku mengundurkan diri saja dia masih menchat dosen menagih nilai UTS teman sekelas. Jujur aku sudah kurang respect dengan komting ini, saat pemilihan kembali saja tidak ku pilih. Dia kalau membuat keputusan pasti tanpa pikir pikir dan musyawarah dengan anggota kelas. Sehingga saat keputusannya salah membuat anak sekelas terkena dampaknya tanpa mengetahui dasar permasalahannya. Dia menchat dosen pun bukan pada jam kerja. Terkadang pada malam hari saat orang sudah tidur, terkadang pula pada pagi saat orang masih sibuk mengurusi  anggota keluarganya. Di sela sela pembelajaran aku menyempatkan diri untuk membuat vidio hafalan. Dari dulu aku kalau setor hafalan sholat selalu saja tidak lancar, saat SMA dulu aku ingat sekali aku gagal 3 kali saat setor hafalan. Yang pertama karena jempol kakiku terlihat, kedua karena mukennahku menghalangi jidat, yang kegita ini saat remidi aku malah ngakak melihat bayangan temanku yang meledek di kaca tepat depanku. Saat tadi aku setoran malah ada mas sepupuku yang mengganggu, membuatku tidak tenang. Adaa saja gangguan, apa imanku saja yang kurang kuat?. Setelah bikin vidio dan kelas selesai aku lanjut cuci baju. Baru rebahan setelah menjemur, eh sudah hujan deras saja. Bodo amat deh sama cucianku. Lanjut rebahan sama mas sepupuku saja lah, lumayan gabut gabut gini. Sorenya kami sekeluarga berangkat ke rumah tante Lia untuk mengadakan tahlilan. Tante Lia dan keluarga merupakan pendatang baru di Madura yang bekerja di Puskesmas dekat rumahku. Dan pada awalnya beliau menumpang di rumahku yang kemudian menempati rumah dinasnya. Sekarang ini beliau sudah punya rumah sendiri, tante Lia ini termasuk orang kaya yang baik hati, royal sekali. Apalagi kepada keluargaku yang sudah di anggapnya keluarga sendiri. Di rumahnya saja kulkasnya sudah seperti Indomaret, semua lengkap, berbagai minuman di keluarkkan untuk menjamu tamu. Aku inisiatif memasukkan beberapa minuman ke dalam tasku, sama seperti bemak mak di sekitarku. Aku masukin 2 kotak susu Indomilk, 2 botol 300 vitamin c, 1 botol Yakult, satu genggam kelengkeng, Larutan mini, dan 1 botol Teh pucuk harum. Dan saat menoleh aku baru tahu ada CCTV nya., ini ku termasuk nyuri gak ya? Enggak kayaknya ya. Karena tasku full jadi saat aku ambil 3 biskuit selai ola`i, 1 bungkus nastar coklat ku titipkan ke mas sepupuku. Ini aku niru mak mak loh ya. Setelah pulang kami ngater berkat dulu ke tetangga. Cukup sekian cerita tidak bergunaku, wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU JEJAK LANGKAH

RESENSI BUKU GADIS PANTAI

RESENSI BUKU ANIMAL FARM