Gabut 47
Catatan Harian si Dina, Rabu 09 Desember 2020. Hari ini
aku coblosan bupati. Kami sekeluarga mendapat giliran pukul 11.00 WIB. Pemilu
di laksanakan dengan protokol covid 19 yang ketat. Kami di sediakan sarung
tangan plastik dan tinta di teteskan di jari kelingking tidak di celup agar
menghindari sentuhan atau bekas di pakai orang lain. Aku lihat disana ada
tetanggaku yang nolep itu, yang rumahnya depan rumahku. Dia jadi petugas
pemilu, bukannya negatif thingking atau berghibah ya tapi ini memang beneran
aneh. Bahkan tetanggaku yang lain bertanya tanya kenapa anak senolep itu di
jadikan petugas. Padahal petugas biasanya adalah warga yang aktif dan cekatan
karena tugasnya sedikit susah dan berat. Papahku pernah beberapa kali menjadi
petugas di pemilu, tapi beberapa tahun terakhir lebih memilih jadi badan
pengawas pemilu saja karena tugasnya lebih ringan. Aku ingat dulu saat menjadi
petugas pemilu papahku mendata orang satu desa, dan aku ikut membantu. Jadi aku
tahu susahnya jadi petugas pemilu. Juga di perlukan kemampuan bersosial dalam
bertugas. Sedangkan tetanga nolepku ini cuman diam tidak mengerjakan apa apa di
TPS. Bahkan kemarin saat kertas undangan pemilu di bagikan, dan tetangga
nolepku ini yang berttugas membagikannya. Saat membagikan ke rumahku aku
sengaja tidak muncul dan hanya sembunyi di kamar sambil mengintip, menunggu dia
bersuara untuk memanggil penghuni rumah atau menunggu anggota keluarga yang
lain menyadari kehadirannya. Lucunya dia tetap diam di depan pintu tidak
memanggil penghuni rumah. Ternyata keluargaku yang lain juga melakukan hal yang
sama seperti ku. Jengah dia tidak segera memanggil, om ku ke belakang rumah
kemudian berjalan seolah olah dari kebun belakang dan berteriak memanggil orang
rumah untuk mengambil kartu undangan. Sepeninggal tetangga nolepku itu
keluargaku berkumpul untuk membicarakannya. Om ku bahkan tidak yakin tetanggaku
itu pembina pramuka saking pasifnya. Tapi yang ku tahu dari orang orang, dia
itu anggota TU disekolahan yang kegiatannya di di bina nya. Sepertinya pekerjaan
TU itu hanya karangan ibunya saja agar anaknya terlihat mempunyai kegiatan dan
pekerjaan di mata tetangga yang lain. Dari pengamatanku dan beberapa kali
mencari informasi mengenai pekerjaan TU itu seperti apa saking penasarannya. Aku
menyimpulkan pekerjaan tetangga nolepku ini bendahara pramuka. Ini juga di
setujui oleh kembaranku karena kembaranku ini juga bendahara pramuka. Realitanya,
petugas TU haruslah memahami tentang keuangan serta administrasi lainnya. Sedangkan
tatanggaku ini lulusan MAN dan tidak punya basic perhitungan sama sekali untuk
di beri pekerjaan dengan tanggung jawab sebesar itu. Ibunya tetangaku ini rival
sejati mamaku, perempuan paruh baya dengan gengsi tinggi ini sering kali meniru
apa yang di lakukan mamaku. Dalam hal menata tanaman saja beliau meniru mamaku,
meski rumah tetanggaku ini tidak memiliki halaman yang luas. Dan beliau gembar
gembor anaknya kerja sebagai anggota TU itu di mulai saat ramai tetanggaku
membicarakan aku dan kembaranku keterima kuliah. Kata papahku, bisa jadi tetangga
nolepku ini menjadi petugas pemilu karena bawaan dari bapaknya, nepotisme. Karena
bapaknya ini termasuk pejabat desa. Aku jadi berpikir kalau tetanggaku ini
jarang interaksi karena bapak ibunya memiliki sifat yang tidak di sukai banyak
orang. Sehingga membuatnya tidak nyaman jika mengobrol dengan orang. Bahkan anak
remaja lainnya saja tidak mau mengajak dia saat kumpulan. Apa yang orang tua
lakukan ternyata berdampak besar pada kehidupan anaknya, bukan hanya mendidik,
kehidupan bersosial juga penting. Peran orang tua di masyarakat sangat
menentukan pandangan orang terhadap anak. Karena orang sudah biasa dengan
pemikiran “buah tidak jauh dari pohonnya”.
Komentar
Posting Komentar