Gabut 48

 Catatan Harian si Dina, hari ini aku pergi mengurus Kartu Indonesia Pintar Kuliah, tahu di singkat menjadi KIP K. Dari pagi orang rumah sudah riweh untuk mempersiapkan berkas apa saja yang akan di perlukan nanti. Setelah hujan reda aku, kembaranku, om dan papaku berangkat ke kantor BNI pusat. Kantor BNI pusat berada di depan kantor kecamatan Pungging. Sampai disana ternyata antreanya panjang sekali, apalagi saat pandemi covid 19 begini kalau berdesakan pasti bahaya. Jadi aku menunggu di luar saja beberapa menit kemudian masuk lagi untuk mencari tempat duduk. Sambil mengikuti kelas di Google Meet mata kuliah PAI, aku duduk menunduk menunggu nomor antreannku di panggil. Selama menunggu aku melihat lihat orang sekitar. Kebanyakan adalah ibu ibu serta bapak bapak yang sedang mengurus rekening untuk program bantuan dana Mekkar dari pemerintah. Beberapa anak seusiaku yang ku kira sedang mengurus KIP K sepertiku. Tapi aku tidak menduga kalau mereka semua merupakan mahasiswa UTM. Aku hanya diam tanpa mengajak mereka mengobrol meski sebenarnya aku ingin. Tapi malu ada orang tua tua, nanti dikira pacaran lagi, orang tua tua kan kebanyakan suka berspekulasi sendiri menurut pandangannya. Hanya sekali aku berinteraksi dengan mas mas sebaya denganku, ytanya perihal formulir yang di berikan pak satpam tadi. Bodohnya saat selesai transaksi aku langsung kabur keluar, dan tidak membayar materai. Aku kira gratis tadi, mbak Castemor Service nya juga tidak menagih. Jadi apa aku salah jika mengiranya gratis, aku tidak pernah mengurus beginian juga sebelumnya jadi radak kikuk dan ndeso. Yang aku suka dari kantor ini adalah pelayanan darei bapak satpemnya. Beliau membantu layaknya CS, karena CS lagi ramai juga jadi biar antrean menguar juga. Bila nasabah hanya ingin melakukan hal sederhana atau mengalami beberapa masalah sederhana, bapak satpamlah yang memperbaikinya. Pelayanannya bagus dan ramah serta di berlakukannya protokol kesahatan covid 19 secara ketat. Saat pulang aku menjadi semakin menyesal tidak ngobrol ngobrol dengan anak UTM lainnya di dalam Bank tadi. Andai aku dapat kenalan pasti enak ada teman yang satu daaerah, apalagi bisa pulang kampung bersama. Apalagi pasti mereka ini anggota Immunity, sebuah perkumpulan mahasiswa UTM di Mojokerto. Enak kalau aku dapat kenalan, nanti saat makrab di Trawas bulan Januari pasti semakin seru. Bingung juga kenapa otakku lamban berpikir di saat saat tertentu. Terkadang aku ini sangat mudah melewatkan kesempatan bagus yang menghampiri. Tidak berani mengambil risiko dan meremehkan waktu yang terus berputar. Apalagi kejadian yang baru baru ini berdampak sangat buruk padaku. Saat di Madura kemarin aku keramas pakai sabun cuci, alhasil kulit kepalaku berjerawat dan berketombe tebal sekali. Ada beberapa luka juga yang mungkin di akibatkan aku menggaruk kepala terlalu keras sehingga kulit kepala yang menempel pada ketombe ikut terangkat. Jerawatnya juga sangat membuat tidak nyaman, susah ketika akan menaruh kepala di bantal. Apalagi sensasi gatalnya yang tidak karuan. Bahkan beberapa hari terakhir rambutku seperti menggimbal karena memproduksi minyak berlebih. Aku sampai di kira orang orang sekitar terkena kutu rambut. Tapi memang gatalnya sama seperti saat terkena kutu rambut. Ini lebih sakit karena gesekan di kepala membuat luka semakin perih. Saat ku keramasi dengan shampo biasanya saja perih banget, rasanya seperti kulit kepala terlepas dari kepala. Sudah khatam pula aku di marahin orang rumah karena tindakan ceroboh ku ini. Padahal dulu rambutku pernah rusak karena memakai produk meniru tetanggaku. Sebenarnya mamaku dulu meniru prodak tetangga untuk keramas itu ingin agar rambutku hitam dan lebat, tidak coklat kemerahan dan tipis seperti rambut asliku. Eh tebal dan hitamnya keterusan sampai sekarang, bahkan lebih seperti sapu ijuk. Dalam memulai tindakan seharusnya lebih di pertimbangkan dahulu baik buruknya pada tubuh, tidak asal meniru karena melihat orang lain cocok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU JEJAK LANGKAH

RESENSI BUKU GADIS PANTAI

RESENSI BUKU ANIMAL FARM