Gabut 53
Catatan Harian si Dina. Selasa, 15 Desember 2020. Hari
ini di rumahku ada banyak sekali anak anak. Sampai pusing aku mengawasinya. Karena
ruang tamu ku baru di perbaiki temboknya, jadi tatanan kursi masih berantakan. Disanalah
mereka bermain, ada Syakira 4 tahun, Kevin 4 tahun, Amreta 4 tahun, Genta 5
tahun, Via 8 tahun dan Reppa 1 tahun. Karenna kursi kosong yang ada di pojokan
hanya satu, Kevin dan Genta main di situlah. Reppa yang tidak mau kalah juga
ikut ikutan memanjat kursi tersebut. Untuk di isi anak 3 lumayan lah masih luas
jika mereka berdiri. Karena Reppa yang paling kecil dan lumayan jahil, jadi aku
pegangin dari samping, takut takut jika dua bocah laki laki itu tidak terima di
jahili Reppa, mereka akan balas memukul. Via yang palingbesar tiba tiba naik ke
kursi yang mengakibatkan aku sulit memegangi Reppa. Genta, Kevin dan Reppa pun
jerit menjerit karena kesempitan. Apalagi Reppa yang kakinya naik naik ingin
duduk di senderan kursi seperti mas masnya. Via yang kusuruh turun tidak mau,
dia memang terkenal keras kepala dan bebal. Saat di suruh oleh budhenya saja
dia tidak mau menurut. Budhenya pun tidak ingin memaksanya dan berakhir
menangis saat di paksa. Dan akan di marahi neneknya Via jika dia menangis. Bahkan
saat disuruh turun tadi oleh budhenya, Via menyuruh mulut budhenya diam. Aku
yang berusaha menjangkau Reppa sampai terhenyak saat Via menyahut “Isok meneng a lambene iku?!” (Bisa diam
tidak mulutmu itu?!). Seberani itu Via kepada orang yang lebih tua. Bahkan saat
Reppa mengomel karena susah keluar terhalang tubuh Via, aku menyoba menenangkan
suasana yang menegang usai ucapat Via yang tidak pantas itu dengan bersuara
seperti Reppa agar Via turun dan Reppa bisa kuraih. Ternyata Via masih emosi
karena terus di suruh turun, mungkin merasa di usir. Sambil memegangi Reppa dia
berkata “Pa kongkono wong iku meneng
cangkep e” (Pa suruh orang itu diam mulutnya) yang lagi lagi tertuju untuk
budhenya. Miris aku melihat budhenya keluar dari rumahku, mungkin karena sakit
hati dan meredam emosi. Langsung saja aku ambil Reppa yang masih dipeluki Via
meski berontak dan menyuruh para bocah bermain di teras saja. Jujur aku tidak
suka sifat Via ini. Dia terlalu keras kepala, bebal dan manja kepada nenekya. Tidak
menyalahkan sih, dia ini Brokenhome
korban perceraian kedua orang tuanya. Dari bayi di asuh oleh neneknya dan
tantenya yang dia panggil kakak. Mereka hidup bertiga, terkadanmg di bantu oleh
budhenya yang rumahnya bersebelahan. Nenek dan kakaknya terkenal dengan
sifatnya yang baperan, sensitif dan mudah marah. Pernah mbahku ini basa basi
tanya ke si kakak tentang pekerjaanya, kenapa kok libur nya panjang sekali. Yang
ternyata si kakak ini sudah di PHK, tetangga yang lain juga tidak tahu rupanya kalau
sudah tidak kerja lagi. Jadi mungkin si kakak ini tersinggung dan mengadu ke
ibunya. Malamnya si ibu datang ke rumah melabrak, mengatakan mbahku tidak bisa
menjaga mulutnya dan dihina tidak tahu sopan santun. Tetangga sampai hafal
dengan sikap keluarga tersebut pun lebih memilih hati hati saat interaksi
dengan mereka. Mungkin dengan didikan dari nenek dan kakaknya membuat Via mau
menang sendiri dan bebal. Apalagi jika melihat anak yang orang tuanya lengkap
dia akan semakin sewot. Dari kecil dia mendapat kasih sayang orang tua lengkap
hanya dari orang tuaku, yang dia pannggil mama papa juga. Berhubung sejak
lahirnya Reppa, perhatian semua tetangga sekomplek tertuju pada Reppa. Apalagi keluargaku
yang rumahnya hadap hadapan dengan rumah Reppa. Aku tahu Via ini tidak terlalu mmenyukai Reppa yang notabene
anak keayangan orang tuaku. Karena baru kali ini bayi yang di asuh di rumahku
perempuan. Terkadang Via itu gemes sampai membuat Reppa kesakitan, dan raut
mukanya itu seperti puas. Saat aku bilangin jangan begitu, dia dengan santainya
bilang “Alah Reppa ae yang manja, ngalem,
jarno wes babbah no masio nangis” (Hallah Reppa saja yang manja, biarin sih
dia meski nangis) aku melihatnya ini anak berbahaya kalau sampai dewasa seperti
ini. Ibunya sekarang tinggal di rumah barunya beserta suami barunya dan dia
tidak mau ikut tinggal bersama ibu maupun ayahnya. Ibunya menikah sebanyak tiga
kali dan semoga saja suami ketiganya ini langgeng dan sekarang sudah memiliki
anak perempuan berusia 8 bulanan. Sedangkan ayahnya baru menikah juga dan di
karuniai putri berusia 8 bulanan juga. Kalau tidak salah, kedua saudara tiri
Via ini lahirnya di minggu yang sama. Karena dia tidak mau mempunyai saingan
yaitu adiknya sendiri di rumah, jadi dia tidak ikut ayah maupun ibunya. Beruntung
mamaku peka dan menyadari sifat tidak baik Via ini. Sering kali jika dia main
kerumah di nasehati mama, kalau sama mama dia tidak akan berontak dan lebih
penurut karena menggap seperti orang tuanya sendiri.
Komentar
Posting Komentar