Gabut 60

 

Catatan Harian si Dina. Selasa 22 Desember 2020. Akhir akhir ini aku suka dengan drama Malaysia. Bisa dibilang sinetron sih. Padahal di Indonesia sendiri cerita dengan tema yang sama seperti itu juga banyak. Ceritanya itu tentang pembully yang jatuh cinta sama korban bullying an nya sendiri. Tapi korban bully nya sudah benci setengah mati dengan si pelaku bully. Dan karena semasa sekolah sering di bully, cewek ini sampai trauma terhadap laki laki. Di Indonesia ada sinetron seperti itu, aku pernah nonton dahulu. Anehnya kenapa yang di Indonesia booming saat episode awal awal saja? Lama lama semakin membosankan dan jalan ceritanya tidak jelas. Tapi saat aku menonton sinetron Malaysia itu terlihat lebih enak di tonton. Adegan adegannya juga tidak lebay dan terkesan natural. Beda dengan sinetron Indonesia yang adegannya klise dan tidak ada kimesteri antar pemain. Apalagi dialog di sinetron Indonesia kaku sekali, terlalu terlalu meniru di skenario. Di sinetron yang aku tonton ini adegan basa basinya bagus sekali, natural. Yang anehnya lagi dan selalu ada di pikiranku, kenapa di sinetron Indonesia entah itu ibu ibu atau gadis muda, pokoknya yang pemain wanita kalau ada adegan malam mau tidur kenapa make up nya masih ngejreng?!. Kenapa mesti pakek bulu mata palsu saat tidur?. Tidak natural dan aneh sekali. Apalagi pemeran wanita kalau ada di rumah bajunya bagus bagus dan pakai high hills didalam rumah. Iya sih mungkin agar terlihat bagus dikamera, tapikan tidak real begitu. Apalagi episodenya panjang sekali. Seperti sinetron Dari Jendela SMP itu, itukan dulunya mini seri. Berhubung jadi booming di awal awal jadi ceritanya diteruskan sampai sekarang jadi sinetron striping.  Mana ceritanya makin mbulet lagi. Awal tayang dulu aku masih suka nonton karena masih terasa adaptasi novelnya. Bagus ada edukasinya. Lama lama konfliknya aneh dan aku rasa tidak ada di novel. Lama aku tidak nonton dan kemarin aku nemu sinetron itu lagi, ternyata masih belum tamat. Aku kira 20 episode saja sudah tamat. Sinetron Ikatan Cinta itu juga, awal awal aku suka sekali. Sinetron itu fyp di Tiktok dan menjadi favorit ibu ibu. Aku suka peran Mas Al, vibes cowok Wattpadnya berasa sekali. Tapi lama lama jalan ceritanya semakin rumit dan aneh. Aku mungkin terkesan menjelekkan karya anak bangsa dan tidak nasionalis karena suka dengan karya luar negeri. Tapi, seperti yang pernah di bahas di materi atau bedah buku begitu aku lupa, karya Indonesia kalah di bagian kualitas dan konsistensi. Banyak anak orang Indonesia lebih suka menonton drama Korea, Thailand, Philipina, Turki dan Malaysia sepertiku. Karena drama mereka itu lebih berkualitas dan tidak membosankan. Lagi pula episodenya pendek pendek sehingga sehingga jalan ceritanya mantep, tidak mbulet. Lihat saja sinetron Indonesia peminatnya hanya kalangan ibu ibu saja. Yang bahkan ibu ibu itu tidak terlalu paham adegan adegannya, yang penting seru ada pemeran tertindasnya dan ada si antagonis yang mampu membuat ibu ibu yang melihatnya greget. Apalagi kebanyakan sinetron Indonesia bertema rumah tangga. Disetiap sinetron pasti konfliknya sama, kisah cinta si kaya dan si miskin. Terhalang restu keluarga si kaya, yang pasti si miskin ini selalu tertindas. Yang bikin kesel lagi pasti si pemeran utamanya baiknya kebangetan dan terkesan bodoh. Selalu lemah dan tidak bisa melawan. Bisanya mengandalkan pemeran kuat lainnya. Hei produser, sutradara dan penulis scrip, tolong diperbaiki karya karyanya. Setidaknya kita memiliki peminat dari generasi milenial yang akan menjadi penerus di bidang pertelevisian Indonesia. Selagi kualitas tayangan di Indonesia seperti itu, tidak akan bisa mampu melawawan eksistensi tayangan drama dari luar negeri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut 68

Kucing dan Ikan Asin

Aku