Gabut 65
Catatan Harian si Dina. Minggu, 27 Desember 2020. Hari
ini aku ke Wisata Sumber Dhuwur, setelah mengikuti senam. Yang membuat aku
heran, kenapa tempat ini ramai sekali?. Aku kira ada perayaan apa begitu. Secara
Sumber Dhuwur ini adalah punden yang dikelilingi sumber air penuh dengan ikan
ikan. Ikan ikan disini dilarang keras diambil, biasanya akan ada perayaan
khusus yang diadakan disetiap tahunnya untuk memanen ikan ikan disini. Biasanya
dibuka untuk umum dan gratis bagi warga diluar desa tersebut. Tapi anehnya,
jarang sekali warga dari desa lain yang mendapatkan banyak ikan. Sedangkan warga
desa lokal bisa mendapatkan ikan berlimpah sampai bisa dijual kembali. Perayaan
ini dinamakan ‘Bedah Sumber’. Beberapa minggu lalu aku dan papaku sempat kesini
untuk melihat lihat. Keadaannya masih sepi penjual dan pengunjungnya. Pikirku memang
tidak ada yang bisa ditampilkan disini. Spot
pemandangannya hanya sumber kolam ikan yang dikelilingi pohon pohon beringin
besar besar. Dan sebuah makam sesepuh desa atau yang biasa disebut punden. Terkesan suram dan angker serta
mistis karena bau dupa yang sangat menyengat. Bahkan dahulu saat aku kelas 8 SMP
pernah penjelajahan Pramuka lewat sini. Dan beberapa temanku ada yang kesurupan
disini. Ada yang sampai kakinya tidak
bisa bergerak dan pinsan. Untuk menghilangkan kesan suram, angker dan mistis di
tempat ini, serta untuk lebih memajukan kesejahteraan warga desa, pemerintah
desa sepakat membuat tempat mistis ini menjadi tempat wisata. Tentu dengan izin
dari tetua desa dan juru kunci punden.
Dan saat aku kesana tadi, ramai sekali sampai aku tercengang. Aku kira masih
sepi pengunjung seperti sebelumnya. Mana aku pakai baju pramuka lagi, sampai
dilihati orang orang. Hanya dengan tiket masuk seharga Rp. 2000,- sudah dapat
masuk dengan harga parkir motor Rp. 3000,- dan mobil Rp.5000,- lebih mahal
parkirnya daripada tiket masuknya. Fasilitas disini juga dibenahi dan ditambah.
Ada kantor loketnya, pusat informasi, cctv serta tempat duduk duduk untuk
sekedar beristirahat dan menikmati hidangan yang di jual oleh pedagang sekitar.
Ditambah pula perahu karet, kapal yang atasnya ada
meja kusinya, cocok untuk pasangan romantis. Ada pula perahu bebek bebek an
yang dikayuh itu, semuanya di sewakan oleh warga sekitar itung itung menambah
penghasilan warga desa. Bahkan yang membuatku tercengang adalah adanya ayunan
di tengah kolam. Akan sangat estetik jika foto disitu, meski dengan risiko tercebur
ke dalam kolam. Ada juga pemandian khusus anak di bawah lima tahun di kolam
tersebut yang dibatasi oleh pohon beringin dan jaring jareing agar ikan ikan
tidak bisa masuk. Sebenarnya Wisata Sumber Dhuwur ini sama dengan Wisata Sumber
Wates di desaku tapi beda dusun. Sama seperti ini, sumber kolam ikan, ada
pemandiannya juga. Bedanya disana ikannya tidak boleh diburu. Sangat sangt
dilarang untuk menangkapnya, apalagi mengkonsumsinya. Sekalipun kalau desa
Wates ini kebanjiran dan kolam ikan ini ikut banjir sehingga ikan ikannya
terbawa arus banjir hingga ke sawah warga atau ke pemukiman. Jika ada yang
melanggar dengan menangkap atau mengkonsumsinya maka azab besar menanti. Larangan
ini sudah turun temurun ke anak cucu sehingga ikan ikan disini sangat terjaga
kelestariannya. Anehnya ikan disini yang besar hanya ada tiga yang berwarna
hitam dan tiga yang berwarna kuning keemasan. Diduga ikan ikan legendaris ini
sudah hidup dari pertama kali sumber ini ditemukan. Banyak orang orang awam
mengira kemungkinan ikan ikan tersebut adalah keturunannya, karena tidak
mungkin ikan dapat hidup hingga bertahun tahun lamanya. Tapi perlu diketahui
bahwa corak pada ikan tersebut sama dari pertama kali muncul. Dan ikan ikan
legendaris ini hanya muncul diwaktu waktu tertentu. Jadi sama seperti Sumber
Dhuwur yang mengistimewakan ikan ikannya sehingga tidak mudah punah.
Komentar
Posting Komentar