Gabut 66

 

Catatan Harian si Dina. Senin, 28 Desember 2020. Hari ini rumahku ramai sekali, rupanya mereka sedang membuat bonsai. Kali ini omku mengidolakan bonsai waru merah. Seharian ke hutan samping untuk mencari pangkal pohon yang mau di bonsai bersama anak anak Pasukan Mbatin lainnya. Dan ya pulang pulang membawa akar akar pohon banyak sekali, berbagai macam jenis. Apalagi badan mereka yang kotor sekali dipenuhi tanah dan bentol bentol merah akibat di gigit myamuk hutan. Digosok lah itu akar akar agar bersih dari tanah dan akar akar halus kemudian dicuci dengan gosokan dari sikat gigi agar lebih bersih dan cantik. Beda dengan om ku yang suka dengan bonsai dari akar akaran, papaku lebih suka bonsai kelapa. Tahu tidak bonsai kelapa itu bagaimana? Visualnya sama seperti logo Pramuka. Buah kelapanya bertunas begitu dan berakar. Namun kalau bonsainya sendiri lebih cantik, rapih dan estetik. Untuk membuat bonsai kelapa ini rasanya lebih sulit daripada bonsai akar. Jika bonsai akar dibersihkan agar cantik kemudian di tanam di pot cantik agar lebih menawan kemudian biasanya banyak distek agar lebih menarik dan unik. Bonsai kelapa ini harus dirahun di atas botol Aqua yang berisi tanah atau air agar merangsang akarnya muncul. Kemudian batok kelapanya sendiri di kikir sampai bersih dari sabut dan mulus. Dan proses mengkikir ini membutuhkan waktu lama dan tekniknya pun sedikit sulit. Satu dari sekian bonsai papaku sudah berhasil berdiri cantik dengan akar akar yang kuat sehingga bisa di pajang dalam pot. Saking cintanya papaku sama bonsai ini, demi agar terlihat estetik papa rela membeli lumut lumutan. Tidak tahu beli dimana, tapi katanya mahal. Dan papa tidak mau memberitahu harganya karena takut diledek anak anak tonkrongan. Seperti nya memang semahal itu karena mama terlihat badmood dan tidak suka. Kemarin ada yang menawar bonsai kelapa papa seharga Rp. 200.000,- dan mama bilang, jangan dijual kalau harganya masih mahalan lumutnya. Padahhal menurutku lumut seperti itu banya di tembok tembok dan pohon pohon. Tapi kenapa mahal sekali jika di jual. Herannya, semua orang dewasa dirumah pada fanatik tanaman. Mulai dari mama yang banyak membeli bunga yang harga perdaunnya Rp. 10.000,-. Sampai papa dan om ku yang terkadang mencari bibit bonsai sampai kebon kebon. Pernah juga mereka bersama anak lainnya mencari bibit bonsai sampai Madura. Katanya mau eksperimen perbedaan tanaman yang tumbuh di tanah kapur dengan tanaman yang tumbuh di daerah tanah humus seperti rumahku. Kemarin bahkan om ku baru dari Tuban untuk mencari bibit bonsai. Orang orang dewasa ini seakan akan melakukan apapun demi tanamanya. Menghabiskan uang yang tidak sedikit hanya sekedar hobi merawat tanaman. Dan juga waktu yang terkuras banyak, setiap pulang kerja yan diurus dulu ya tanemannya bukan anaknya. Saat aku pertanyakan ke mamaku apa alasan orang rumah suka sekali dengan tanaman. Jawabannya sederhana sekali, obat penenang stres. Melihat dan merawat tanaman bisa membuat pikiran tenang dan sejenak melupakan masalah yang ada. Apalagi dimasa pandemi yang belum usai juga meski di penghujung  tahun. Membuat beberapa orang merasa tertekan dan kebosanan dan merawat tanaman di rumah adalah solusinya. Tentu orang orang akan siap merogoh kocek berapapun demi kebahagiannya. Daripada  kebosanan dirumah sampai stres, mending menghibur diri dengan tanaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut 68

Kucing dan Ikan Asin

Aku