Gabut 67

 

Catatan Harian si Dina. Selasa, 29 Desember 2020. Siang tadi saat mengikuti mata kuliah PHI, ada Reppa dan bundanya. Membawa berita mengejutkan, sampai bunda Reppa tergopoh gopoh ingin menyampaikan ke aku. Ternyata gara gara tetanggaku yang pernah aku ceritakan di blog sebelum sebelumnya, Syr dan kakaknya. Syr ini bilang ke ibu dan kakaknya kalau aku dan kembaranku menyuruhnya memanggil Alex dengan sebutan ayah. Karena Alex ini jamet dan sedikit genit ke cewek cewek tetangga dan nama aslinya tidak cocok dengan mukanya, jadi sama orang orang dia dipanggil Yadi. Nah si kakak ini tidak terima anaknya memanggil Yadi ayah. Yadi yang setiap hari ada dirumahku untuk nongkrong bersama yang lainnya membuat Syr tidak diperbolehkan main ke rumahku lagi. Padahal Syr main ke rumahku merupakan sebuah kemajuan setelah dia sedari kecil tidak pernah keluar rumah, faktor malu juga. Pantesan saat main kemarin itu Syr di panggil sambil di bentak oleh kakaknya agar pulang. Awalnya aku tidak ngeh ayah Yadi apaan sih. Ternyata itu saat tiga hari yang lalu Syr, Amreta, Kepin dan Reppa ada dirumahku, Syr ini dekat dekat dengat Yadi. Sehingga anak tongkrongan yang lain membuat bercandaan cocok sebagai ayah dan anak. Yadi malah kesenengan dan Syr ketrerusan memanggil ayah. Namanya juga Syr tidak pernah tahu rasanya punya ayah dan memanggil ayah ke seorang lelaki membuatnya merasa menemukan hal baru ketika memanggil ayah ke Yadi. Si kakak yang merupakan ibu kandung Syr tidak terima jika dipasang pasangkan dengan Yadi berang sehingga Syr tidak boleh dekat dekat ke rumahku lagi. Apalagi Syr bilang aku yang mentyuruhnya lagi, wah si bocil bawa bawa namaku. Yang nyuruh kan anak tongkrongan itu usil usil. Sehingga bunda Reppa datang untuk memperingati aku dan anak tongkrongan lainnya agar tidak membahas bahas itu lagi. Karena kalau sampai mereka marah bisa gawat sekali. Memang seharusnya tidak dibuat bercandaan yang seperti itu. Karena status Syr yang tidak punya ayah karena ibu dan ayahnya menikah sebagai bentuk pertanggung jawaban saja secara agama. Ibu kandunya Syr atau biasa dipanggil kakak itu sensitif jika ada yang membicarakan tentang pria masa lalunya dan seputar itulah. Aku memang tidak tahu perasaan si kakak, ibunya dan Syr itu sendiri tapi aku menghargai mereka dengan tidak pernah menyinggung status dan masa lalunya. Karena si kakak juga agar mau berinterasi serta kumpul kumpul lagi bersama remaja tetangga lainnya. Agar statusnya yang sudah punya tapi tidak punya suami itu tidak menjadi beban baginya. Agar dia juga bisa menikmati masa mas remaja yang sempat terenggut akibat dari kesalahannya sendiri. Tapi anak tongkrongan yang ceplas ceplos dan usil usil itu rupanya masih menganggap enteng mental health seseorang. Kita juga tidak tahu seberapa tingkat kebaperan seseorang. Setiap orang berbeda beda dan tidak bisa di samakan memperlakukannya. Mungkin memang niat mereka bercanda seperti itu. Tapi mereka bahkan aku yang saat itu sibuk ngurusi bocil lainnya tidak menyadari kalau Syr merekam kejadian tersebut dalam otak dan hatinya. Lupa kalau sebenarnya Syr itu anak yang cerdas, apa saja yang diketahuinya pasti akan di ceritakan ke orang dewasa di sekelilingnya. Meski itu rahasia sekalipun selagi dia tahu ya dia bagi ke orang lain. Anak kecil, tahu apa soal rahasia rahasia orang dewasa. Ada baiknya lebih menjaga lisan dihadapan anak kecil. Apalagi anak usia Golden year.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut 68

Kucing dan Ikan Asin

Aku