RESENSI BUKU ANAK SEMUA BANGSA

 

RESENSI BUKU “ANAK SEMUA BANGSA”

 

Judul : Anak Semua Bangsa

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Genre : Historial Drama

Cetakan pertama : Desember 1980

Cetakan kedua : Januari 1981, dengan perbaikan redaksional. (Dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung)

Cetakan ketiga : Oktober 2000

Cetakan keeempat : Februari 2001

Cetakan kelima : Desember 2001

Cetakan keenam : Oktober 2002

Penerbit cetakan keenam : Hasta Mitra

Editor cetakan keenam : Joesoef Isak

ISBN : 979-8559-13-9

 

Tentang penulis

Pramoedya Ananta Toer, merupakan salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia yang lahir pada 6 Februari 1925 di  Blora, Jawa Tengah dan meninggal pada 30 April 2006 di Jakarta. Pramoedya telah memiliki 50 karya dan diterjemahkan kedalam 42 lebih bahasa asing. Selama hidupnya Pramoedya aktif ikut dalam beberapa organisasi, diantarannya:

ü  Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru (1978)

ü  Anggota kehormatan seumur hidiup dari Internasional PEN Austalia Center (1982)

ü  Anggota kehormatan PEN Center, Swedia (1982)

ü  Anggota kehormatan PEN American Center, AS (1987)

ü  Deutsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss (1988)

ü  International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman (1999)

Beberapa penghargaan yang telah diraih :

·        Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS (1988)

·        Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS (1989)

·        Werthem Award, “for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesia people” dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda (1995)

·        Ramon Magsaysay Award, “for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the histerical awakening, and modern  experience of indonesian people”, dari Ramon Masaysay Award Foundation, Manila, Fillipina (1995)

·        UNESCO Madanjeet Singh Prize, “inrecognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence” dari UNESCO, Prancis (1996)

·        Dctor of Humane Letters, “in recognition of his remarkable imagination and distinguished literaly contribution, his example to all who oppose ttyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom”, dari Universitas Michigan, Madision, AS (1999)

·        Chancelleor’s distinguished Honor Award, “for his outstanding literary archievements and his contribution to ethnic tolerance and global understanding”, dari Universitas California, Berkeley, AS (1999)

·        Chevalier de I’Orde des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communicatin Republique, Paris, Prancis (1999)

·        New York Foundation for the Arts Award, Bew York, AS (2000)

·        Fukuka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang (2000)

·        The Norwegian Authors Union (2004)

·        Centenario Pablo Neruda, Chili (2004)

 

 

 

Salah satu karyanya yang terkenal luas adalah Tetralogi Buru. Tertalogi Buru berisi 4 buku, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Yang akan dibahas sekarang adalah buku seri kedua yaitu Anak Semua Bangsa. Buku ini terbit bersama dengan buku Bumi Manusia. Beberapa bulan setelah terbit pada tahun 1981, buku ini berserta buku Bumi Manusia dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung.

Di buku ini menceritakan kepergian Annelis ke Nederland yang kemudian meninggal disana. Minke berjuang keras untuk membawa kembali istrinya bersama Nyai Ontosoroh. Dengan dikirimnya Panji Darman ke Nederland untuk memantau keadaan Annelies, berkomunikasilah Minke dan Panji melalui surat menyurat. Minke mulai berjuang dengan belajar menjalankan bisnis, urusan hukum, hingga menjadi inspirasinya menulis. Minke juga banyak bertemu orang orang dari segala penjuru bangsa yang mengajarkannya banyak pembelajaran.

Minke disini sudah mulai sadar bahwa apa yang selama ini di idolakan tidaklah benar (Eropa terpelajar). Minke menyadari dirinya sebagai pribumi dan mulai ikut memperjuangkan hak rakyat pribumi yang tertindas bangsa Eropa. Minke tumbuh sebagai pemuda terpelajar Belanda. Pemahaman Minke terjhadap lingkungan sekitarnyapun semakin tinggi, dia tidak lagi memandang lingkungan sekitarnya dalam lingkup terbatas yang hanya di batasi kelemahan pribadi.

 

Menurut saya kematian Annelies ini masih menjadi misteri. Dibeberapa novel lain mungkin akan sangat membosankann jika pemeran favorit meninggal. Namun lain halnya di novel ini, meninggalnya Annelies menjadi awal dari semuanya. Kematian Annelis yang masih teka teki membuat saya penasaran ingin membaca buku seri ketinganya yaitu Jejak Langkah. Untuk para penikmat buku sangat disarankan membaca buku ini setelah membaca buku seri pertamanya yaitu Bumi Manusia. Apalagi kalau kamu sudah pernah menonton ilm Bumi Manusia, pasti sangat penasaran dengan ending yang terkesan menggantung dan mengobrak abrik perasaan pembacanya. Membuat para penonton penasaran akan kelanjutan cerita Annelies dan Minke, kamu bisa membaca buku seri kedua ini. Setelah membacanya, selain menjawab rasa penasaranmu, buku ini akan membuatmu semakin mencintai kebudayaan bangsamu sendiri. Memakai sudut pandang Minke membuat pembaca tahu apa yang menjadi pemikiran dan perasaan Minke dan terhanyut dalam alur cerita yang menarik. Tulisan yang tidak terlalu kecil membuat pembaca nyaman membacanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gabut 68

Kucing dan Ikan Asin

Aku