Gabut 71
Catatan Harian si Dina. Sabtu, 02 Januari 2021. Hari
ini sepupuku datang dari Madura. Sebenarnya dia nekat ke Mojokerto di waktu
liburannya ini. Dia mendapat waktu liburan dari tanggal 24 Desember 2020 sampai
18 Januari 2021.setelah hampir satu semester dia ada di asrama tidak
diperbolehkan pulang. Oh iya sepupuku ini berkuliah di Ngudia Husada Madura
angkatan tahun ini. Jurusan perawat, khas pekerjaan keluargaku, kalau bukan di
bidang kesehatan ya tenaga pendidik. Aku mau melenceng ke hukum, tapi ada
kembaranku dan mas ku yang ada di bidang hukum juga. Sepertinya bidang sudah
mulai masuk ke keluargaku. Kembali ke cerita mbak sepupuku ini, jadi mbak
sepupuku ini tidak boleh pulang sembarangan. Bahkan di jenguk pun tidak boleh. Apabila
ingin mengirimi sesuatu atau makanan harus di semprot disinfektan dulu. Itupun pengirimnya
tidak boleh masuk dan hanya mengantarkan barang tersebut saja. Menurutku berlebihan
sekali. Apalagi tanggal 24 Januari nanti tanteku menikah. Semua keluarga
berkumpul untuk suka cita, kemungkinan kecuali mbak sepupuku ini. Dia tidak
bisa ijin untuk pulang. Jika ingin pulang harus di swab dan rapid terlebih
dahulu baru boleh pulang kerumah. Kemudian saat balik ke asrama harus
dikarantina mandiri dahulu selama 7 hari. Repot sekali. Proses sepanjang itu
hanya untuk pulang 2 hari. Lagi lagi terlalu berlebihan bagiku. Tapi peraturan
tetaplah peraturan. Apalagi ini kampus kesehatan, tentu kebersihan dan
kesehatan menjadi prioritas utama yang harus di junjung tinggi. Karena tenaga
kesehatan merupan perantara antara penyakit dan manusia. Wah teoriku ngaco. Aku
tidak paham dunia medis sebenarnya. Meski terkadang jika aku di Madura aku akan
di suruh untuk membantu mendata pasien. Tulis data tiga pasien saja aku pusing.
Nama obat dan penyakitnya yang terkesan tidak ada huruf vokalnya membuat aku yang
tidak kenal dunia medis menjadi bingung dan pusing. Baru tulis saja terkadang
aku sudah salah. Beda satu huruf saja sudah beda arti. Susahnya bila kita tidak
ada ikatan batin, bila di teruskan dan dipaksakan hasilnya tidak baik. Seperti aku
yang mendata pasien, banyak coretan serta typo
yang beretebaran. Kapok aku. Ya begitu kalau tidak sesuai hati nurani dan tidak
iklas. Tidak akan baik hasilnya dan terkesan gagal. Dan penyesalan lah yang
datang belakangan. Dari cerita teman temanku sesama anak hukum. Rata rata
mereka tidak ada niatan untuk berkuliah di bidang hukum. Atau ada yang tidak
mau berkuliah di Universitas Trunjoyo ini. Bisa jadi jurusan Hukum UTM ini
hanya pilihan kedua yang beruntungnya lolos. Tidak beda jauh dengan aku, aku
juga tidak ada niatan untuk masuk jurusan hukum. Hanya karena presentasi
penerimanya banyak aku memilihnya. Random saja aku memilihnya, tidak ada
keterkaitan khusus dengan jurusan ini. Bedanya aku menjalaninya sesuai alur
yang sudah ditetapkan Tuhan. Mereka ogah ogahan dan banyak yang mengundurkan
diri. Ada temanan sekelasku, cowok, rumahnya dekat rumahku di Madura, dia ini
tidak berniat berkuliah di UTM. Padahal dia jalur mandiri bayar 20 juta. Setiap
ada tugas dia selalu menyontek aku. Karena aku jengah dan risih juga lama lama
dimanfaatkan, aku tidak menyonteki dia lagi. Dia bilang dia tidak berniat
kuliah sebenarnya, kalau tidak ada aku mungkin dia sudah keluar. Setelah ku
berhentikan contekanku ternyata dia membayar orang untuk mengerjakan tugas
tugasnya. Rasanya pingin menangis melihat dia menyiakan uang masuk orang
tuanya. Bahkan dia berencana untuk pakai jasa joki saat skripsi nanti. Apa iya
bisa?. Semoga saja dia dapat hidayah. Karena hati orang tidak bisa di atur dan
tidak bisa di lihat orang lain.
Komentar
Posting Komentar