Gabut 73
Catatan Harian si Dina. Senin, 04 Januari 2021. Hari
ini aku gabut dan hiburanku hanya para bocil. Hanya ada Reppa saja siang ini. Karena
bocil yang satu ada yang tidak di perbolehkan main ke rumahku lagi semenjak
kejadian ‘Ayah Yadi’ itu. Tapi yang membuat aku heran tumben sekali Amreta
tidak main ke rumah, rindu sekali aku padanya. Biasanya dia akan tiba tiba
muncul di pintu kamarku, dengan bergumam tidak jelas. Dan ternyata hanya aku
yang tidak tahu bahwa dari awal tahunini keluarga Amreta sudah pindah. Pindah ke
Pungging, meski masih satu daerah tapi rasanya terpisah sangat jauh. Hei, ini
Amreta loh. Bocah usia 4 tahun tapi tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa
manusia. Akibat dari selalu di kurung di rumah oleh orang tuanya membuat dia
terisolasi dari dunia luar. Hari harinya di habiskan dengan menonton Youtube saja. Sedangkan ayahnya bekerja
dan ibunya sibuk bersama adek bayinya. Baru kali ini dia punya teman dan
sedikit lancar berbicara. Apalagi konten kontenya di Youtube yang dilihatnya hanya berisi konten luar negeri. Dia tidak
di kenalkan pada bahasa sehari harinya. Padahal keluarganya sudah 2 tahun lebih
tinggal disini, tapi kenapa Amreta ini belum lancar berbicara dengan bahasa
orang disekitarnya. Bahasa yang dipakai mami papinya juga bahasa Indonesia. Apalagi
ibunya ini orang Semarang dan ayahnya lupa aku orangmana. Yang pasti bahasa di
daerah asal orang tua Amreta itu bahasa jawa alus. Berbeda dengan bahasa di
tempat tinggalku ini yang terkesan kasar, atau biasa disebut khas Suroboyoan. Tetanggaku banyak beranggapan
Amreta ini lahir di Semarang, dan dari awal bisa berbicara sudah berkomunikasi
dengan orang yang berbahasa Semarang. Ternyata dugaan orang orang salah. Amreta
lahir di desaku bagian timur, masih satu desa. Lahirnya di deaerah sini juga
tapi masih tidak bisa berkomunikasi dengan orang pakai bahasa manusia. Itu
berarti dia sedari lahir sudah jarang berinteraksi dengan orang lain. Usia anak
dari bayi sampai 5 tahun merupakan Goldyear.
Masa emas seorang anak yang harus selalu di dampingi orangtuanya. Masa masa
orang tua menikmati tumbuh kembang si anak. Dan si anak ini di perlakukan
layaknya raja/ ratu di rumahnya sendiri. Dari buku yang aku baca, mengenai parenting. Usia 5 tahun sampai 6 tahun
merupakan masa peralihan. Kemudian usia 7 tahun sampai 11 tahun merupakan masa
anak menjadi tahanan. Tahanan disini berarti anak sudah boleh dilarang larang
dan di beri pembelajaran hidup dari orang tuanya. Disini maksudnya semua kasih
sayang orang tua tercurahkan. Karena guru peretama anak adalah orangtuanya
sendiri. Anehnya orang tua Amreta ini
terkesan acuh pada kondisi tumbuh kembang Amreta. Usia 4 tahun masih tidak lancar komunikasi. Bahkan
pertama kali bertemu dulu, dia ngomongnya seperti suara hewan. Tidak ada yang
mengerti dia ngomong apa, terkadang mengembik seperti kambing. Kalau dia minta
minum saja aku tidak akan paham dia ngomong apa kalau tangannya tidak ikut
nunjuk nunjuk. Selama masa pandemi covid 19 ini dia sering main ke rumahku. Aku,
kembaranku serta anak tongkrongan lainnya mengajarinya membaca dan menulis. Sekarang
sudah bisa bicara bahasa manusia dia meski logatnya kaku. Eh malah pindah
rumah. Tidak terbayang olehku betapa susahnya nanti Amreta beradaptasi dengan
tetangga barunya. Rumah kontrakannya dulu yang di dekat rumahku saja berada di
tengah kebon dan Amreta berani berkeliaran disitu meski malam. Orang tuanya
jarang mencarinya meski dia main nya terlalu lama, terkadang sampai ketiduran. Tidak
habis fikir aku sama orang tuanya, padahal kerja sudah tetap. Tapi rumahnya
pindah pindah, padahal rumah yang dulu itu tidak berpenghuni. Dan pemiliknya
bersyukur kalau ada yang menempatinya. Tidakkah memikirkan mental anaknya yang
tidak wajar?. Tolong lebih peka ya parents.
Komentar
Posting Komentar