Gabut 77
Catatan Harian si Dina. Jum’at, 08 Januari 2021. Hari
ini ntah kenapa tiba tiba teringat teman SMA-ku. Sebut saja namanya Mawar,
tukang hutang dan penganut Hedonisme.
Tiga tahun satu kelas bersama, membuatku hafal sifat sifat teman sekelas. Tahu semua
kebiasaannya, sehingga aku paham hal hal apa saja yang akan mereka lakukan. Kurang
kerjaan kata temanku. Karena aku suka sekali memperhatikan tingkah orang, cara
berinteraksinya, cara bersikap, cara berfikirnya juga. Apalagi seperti teman
sekelas yang hampir tiga tahun selalu bertemu, dan 24/7 chatingan di grub Whatsapp.
Jadi si Mawar ini dulu saat awal awal masuk kelas 10 ngaku ngaku kaya raya yang
rumahnya bertingkat dengan kamar berbalkon. Namanya juga baru kenal, ya percaya
saja. Membiarkan dia berkuasa dikelas. Apalagi dia mengaku kelahiran Jakarta. Uhh
semakin merasa paling modern lah dia. Semena mena. Lama lama terbongkarlah
rahasianya.
Karena saking
keselnya sama dia, teman sekelas sepakat membuntutinya. Ingin tahu semegah apa
rumahnya. Dan setelah dikuti, apa yang didapat?. Zonk!!.
Rumahnya hanya dari anyaman bambu dan terpelosok jauh dari tetangga yang lain. Dari
hasil wawancara dengan tetangganya, ternyata ibu si Mawar ini bekerja sebagai
Asisten rumah tangga dan ayahnya hanya pengangguran dengan tanggungan dua orang
adik. Lucunya, si Mawar ini tetap tidak mau mengaku miskin. Padahal lagi
pendataan dana bantuan untuk siswa tidak mampu. Padahal hampir separuh dari
anak kelasku ikut mendaftarnya teman teman yang tahu kondisi aslinya mencoba
mengadukan ke wali kelas. Siapa tahu kalau dengan wali kelas dia mau jujur. Sama
saja ternyata tidak mau jujur dan mendaftar untuk dana siswa tidak mampu.
Dan semenjak dia ketahuan pura pura kaya, anak kelas
hilang respect sama dia. Dia mengaku punya penyakit keras yang mudah kambuh
lagi. Bukan karena dia sombong dan Hedonisme.
Tapi karena anak kelas kasihan sama orang tuanya, pasti mereka mengharapkan
dapat bantuan untuk anaknya, padahal anaknya sendiri tidak mau daftar. Kasihan orang
tuanya pontang panting cari uang, anaknya malah suka foya foya ngabisin uang. Pernah
salah satu teman kelas mencoba menasehatinya untuk lebih mengerti kondisi orang
tuanya. Tahu apa yang dia katakan? Dia tidak merasa memiliki orang tua seperti
itu kondisinya, dia mengamuk, mengatakan akan melakukan tes DNA. Si Mawar
berhalu orang tuanya kandungnya sebenarnya kaya. Dia sampai kabur dari rumah,
tapi teman teman tidak ada yang menampung. Yang paling membuatku sedih,
bapaknya datang kesekolah untuk menemui anaknya itu. Meminta maaf dengan si
Mawar atas kondisi perekomonian keluarga yang membuat dia susah dan malu.
Aku kira seiring berjalannya waktu dia bisa
menyadari kesalahannya. Tapi sepertinya tidak. Kelas 12 kelakuannya semakin
menjadi jadi. Drama Queen, bermulut besar, sombong, Hedon, dan tukang hutang. Dia sombong karena berpacaran dengan
senior yang sudah menjadi alumni. Berasa paling berkuasa sehingga adek kelas
terperangkap dalam jebakannya. Banyak adek kelas yang dijadikannya tempat berhutang.
Hampir seluruh anak kelas pernah dia jadikan tempat hutang. Tapi tidak pernah
dibayar. Kalau lihat dari wajah dan penampilannya mungkin tidak akan tahu
segala kebusukannya. Wajah kalem dan penampilan syar’i bisa menipu. Postinganya
tentang keagagamaan, “Janganlah engkau
tidak menepati janji, karena janji adalah hutang, dan hutang harus di bayar
sampai akhiratpun” postingannya rohani orangnya roh halus.
Aku ini ada dendam sama dia, mendarah daging. Aku satu
satunya cewek di kelas yang berani mengkritik dan mencibirnya bersama anak
cowok di kelas. Anak cewek lainnya tidak berani karena si Mawar ini punya
pasukan dari adek kelas, bisa bisa yang bermasalah dijadikan bahan ghibah. Aku sih
bodoh amat, anak macem gini toxic
bagi kelas. Aku sama kembaranku pernah dia adu domba. Sampai mamaku mau
nyamperin ke rumah si Mawar ini. Karena aku dan kembaranku berseteru berakibat
pada 2 kelas. Kelas IPS 2 dan kelas IPS 1 bermusuhan. Setelah diusut ternyata
akarnya dari mulut si Mawar. Ini kejadiannya saat akan Try Out. Selama kelas 12, si Mawar ini suka sekali belanja onlen di warga sekolah. Saat hari H
barang yang di beli datang dan di antar ke kelas. Si Mawar ini tidak punya
uang, jadi dia minjam di anak kelas. Mau tidak meminjamkan, tapi kasihan sama
penjualnya yang menunggu di depan kelas. Jika di kumpulkan hutang dia sama anak
sekelas, hampir 2 jutaan. Saat di tagih, dia beralasan tidak punya duit, ada di
bapaknya. Lha kenapa beli barang mulu. Mahal mahal lagi, harga diatas Rp.
50.000,- semua. Masa iya anak kelas mau menagih ke bapaknya, kan kasihan.
Saking gengsinya dia tidak mau daftar bantuan siswa
tidak mampu, SPP nya nunggak. Untuk buku, tabungan untuk ke Bali, serta
bayarnya, di tanggung guru guru. Untuk membantu dia meringankan beban SPPnya,
anak kelas sepakat patungan membantu. Sudah sebaik itu orang disekelilingnya,
dia tidak sadar sadar. Cathar hari ini berisi curahan hati terhadap musuhku
yang sekang sudah menjadi Ibu rumah tangga. Kejadian terakhir yang sangat
menghibur itu saat Ujian Sekolah. Dia kumat Drama Queennya, pura pura pingsan. Tapi
tidak ada anak kelas yang menolongnya. Teronggok sendirian di lsntai bawah meja
lab komputer. Mungkin keracunan Skincare.
Karena sebelumnya dia masih kuat pamer Skincare
mahal yang dibelikan pacacarnya.
Komentar
Posting Komentar