Gabut 85
Catatan Harian si Dina. Sabtu, 16 Januari 2021. Saat
aku main di rumah tetangga, datang om ku ikut nimbrung mengobrol memberikan
kabar duka. Katanya ada tiga siswa SMP hanyut di sungai saat memancing. Dalam pikiranku
itu mungkin adik kelasku. Aku kira mereka anak sekolah SMP ku. Wajar saja aku
berpikiran begitu karena sekolah SMP ku ini belakangnya ada sungai besar. Dan
banyak sudah memakan korban. Kebanyakan adalah penggembala kerbau atau orang
yang mau cari rumput. Karena daerah bendungan sungai yang jauh dari pemukiman,
dan arus sungai yang deras membuat korban akan sulit mencari pertolongan.
Jikalau ada orang di sekolah SMP pun kemungkinannya kecil untuk mendengar orang
berteriak minta tolong. Kebanyakan korban yang tenggelam di sungai ini akan terbawa
arus bahkan hingga sampai Porong. Bendungan sungai ini memiliki lapangan luas
yang biasanya saat pagi atau sore digunakan untuk bermain sepak bola oleh
remaja remaja desa sekitar. Tapi hanya di waktu waktu aman saja. Dibeberapa
waktu, alap alap suka mencari mangsa.
Bahkan sekedar main bola di lapangan atau hanya duduk duduk saja di punden bisa
jadi korban tenggelam di sungai.
Sungai ini namanya Sungai Brantas, sungai terpanjang
dan berarus deras. Ternyata tiga siwa SMP yang tenggelam itu merupakan warga
Kanyar. Masih satu wilayah dengan rumahku. Sungainya juga Sungai Brantas. Di
musim penghujan begini volume air pada sungai akan meluap dan deras. Mungkin
itu sebabnya tiga sekawan yang sedang memancing ini tenggelam. Beruntung tidak
terseret terlalu jauh. Kemungkinan salah satu diantaranya terjatuh kemudian
teman yang lainnya mencoba membantunya tapi gagal dan malah ikut jatuh ke
sungai. Mereka yang tidak mermiliki kemampuan berenang membuat ketiganya
rtenggelam tanpa ada yang terbantui dan dibantui ke tepian. Beruntung tidak
lama ada orang yang mau cari rumput lewat dan menemukan jasad ketiganya. Ini
murni kecelakaan bukan karena diambil alap alap. Karena jika di ambil alap alap, tidak akan sesingkat ini
ketemu jasadnya.
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di
Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai
ini mengalir sejauh Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas seluas sekitar 11.800
Km2 atau hampir setara dengan seperempat wilayah Jawa Timur yang luasnya 47.157,72
Km2. Aliran air ini melintasi kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang
dan Mojokerto. Di Mojokerto aliran sungai ini mulai bercabang. Satu cabang
mengalir ke Surabaya melewati Kali Mas, dan cabang satunya mengalir ke Kali
Porong, Sidoarjo, kemudian dua aliran cabang ini bertemu di Selat Madura.
Tidak banyak yang tahu Titik Nol dari Sungai Brantas
ini. Sumber air Sungai Brantas berada di kawasan Arboretrum (Tempat berbagai
pohon ditanam dan dikembangbiakkan untuk kepentingan penelitian atau
pendidikan) daerah utara Kota Batu. Dikawasan ini ada sebuah sumur berdiameter
1 meteran yang menjadi daya tarik utama. Sebelum kawasan ini di tutup sebagai
tempat wisata yang saat ini hanya dijadikan pusat penelitian agar tanaman dan
satwa di kawasan ini terlindungi dari tangan nakal manusia. Airnya jernih
dengan debit 0,5 liter/detik. Total ada sebanyak 3.200 pohon dari 37 jenis
berbeda hidup disekitar sumber mata air Sumber Brantas. Diantaranya ada Kayu
Manis, Cempaka, Damar, Pohon Kenanga, Sikat Botol (Kalistemon), Kayu Putih
(Malalenca Kajuputi) sampai Pohon Kukrup (Engelhardia Spicata). Beberapa orang
percaya air di mata air ini bisa membuat awet muda, mewujudkan keinginan sampai
memperlancar karir politik. Ada juga yang mengatakan air disini kualitasnya
sama seperti air Zamzam yang tidak berlumut dan tidak berubah kandungannya.
Orang Jawa sesepuh percaya jika ingin mencari 7 sumber mata air cukup dengan
mengambil dari satu sumber yaitu Sumber Brantas ini saja.
Komentar
Posting Komentar