Resensi buku Rumah Kaca

 

RESENSI BUKU ‘RUMAH KACA’

Judul : Rumah Kaca Tetralogi Buru Seri Ketiga.

Penulis : Pramoedya Ananta Toer.

Diterbitkan dan Diluaskan : Letera Dipantara.

                              Multi Karya II/26  Utan Kayu, Jakarta Timur, Indonesia 13120.

Tebal halaman : 646 halaman.

Genre : Fiksi Historial.

Desain Sampul : Ong Hari Wahyu.

Editor : Astuti Ananta Toer.

Layout : Tim Lentera Dipantara.

Cetakan kelima, September 2006.

Cetakan keenam, Desember 2007.

Cetakan ketujuh, Januari 2009.

Cetakan kedelapan, Juni 2010.

Cetakan kesembilan, September 2011.

 

Setelah pada tahun 1988 di larang oleh Jaksa Agung, buku ini di terbitkan oleh beberapa negara diantaranya :

1.      Hasta Mitra, 1988 (Rumah Kaca) edisi Indonesia.

2.      Unieboek, 1987 (Glazen Huis)

3.      Da Xue, 1989, bahasa China , edisi Beijing, Pent. Huang Chen Xiao, Zbang Yuan, Ju Sanghuan Ti.

4.      Txalaparta, 1998 (La Casa De Cristal), edisi Spanyol, Pent. Alfonso Ormaextra.

5.      De Geus, 1990 (Hct Glazen Huis), edisi Belanda, Pent. Henk Maier.

6.      Penguin Gruop, 1996, 2001 (House of Glass) edisi Amerika, Pent. Henk Maier.

7.      Penguin Group, 1992, 2001 (House of Glass) edisi Autralia, Pent. Max Lane.

8.      Manus Amici, 1990, 1995 (Het Glazzen Huis) edisi Belanda, Pent. Henk Meier.

9.      William Morrow III Saggiatore, 1992, 1996 (House of Glazss) edisi Amerika, Pent. Max Lane.

10.  Radio 68H, 2002 (Rumah Kaca dalam cerita bersambung di radio).

11.  Alfa Narodna Knijiga, 2003 edisi Serbian, Pent.

12.  Sverigos radio, 2004, Sweden.

13.  Ediciones Destino, 2005 (La Casa de Crilstal), edisi Spanyol.

14.  Anghaton, Manusamici, Novib (Het Glazzen Huis), edisi Belanda, Pent. Henk Maier.

15.  S.A.A Qudsi, Calicut, Kerela state, 2005, edisi Malayam, Indian.

16.  Mekong Publising, 2007 (Garasu No Ie), edisi Jepang, Pent. Oshikawa Noriaki.

 

 

Buku ini merupakan seri terakhir dari Tetralogi Buru. Buku yang sebelumnya adalah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah. Buku ini juga pernah dilarang beredar oleh Jaksa Agung pada tahun 1998 sama seperti buku buku sebelumnya.

Tertralogi Buru seri Rumah Kaca ini juga di tulis saat Pram berada di kamp. Kerjapaksa tanpa proses hukum pengadilan di Pulau Buru. Dikarenakan agar tidak hilang dari ingatan, Pram menceritakan naskah naskah nya kepada teman temannya di tahanan. Cerita yang dikemas dalam Fiksi dan Sejarah ini berhasil membawa pembacanya masuk kedalam cerita. Yaitu pada zaman awal abad 20.

Pada seri keempat ini, Pram tidak lagi mengambil sudut pandang Minke sebagai pemeran utamanya. Jaques Pangemanann (dengan dua N), merupakan komisaris kepolisian kolonial Belanda yang menjadi tokoh utama di cerita ini. Pangemanann merupakan Pribumi asal Manado yang diangkat anak oleh seorang warga berkebangsaan Prancis. Pergantian sudut pandang dari Minke ke Pangemanann membuat gaya tulisan di cerita ini berubah.

Dalam cerita ini Pangemanann merupakan mata mata yang dikirimkan Kolonial Belanda untuk mengawasi Minke dari awal perjuangannya meraih kebebasan untuk Pribumi.

Diceritakan dalam buku ini, Pangemanan menangkap Minke yang merupakan pelopor Pribumi dan menganggap Minke sebagai pahlawan serta idolanya. Namun eksistensi Minke di Hindia Belanda sangat membahayakan bagi pemerintahan Belanda, maka dengan berat hati merelakan hati nuraninya. Minke di tangkap dan di tahan dalam sebuah oprasi pengarsipan yang rapi atas semua tindak tanduknya. Karena arsip arsip itulah Minke di tahan. Arsip adalah mata radar Hindia yang ditaruh dimana mana untuk merekam apapun yang digiatkan aktifis pergeraka itu. Pram menamai polittik pengarsipan itu sebagai kegiatan pe-rumahkaca-an.

Kegagalan prinsip hidup dan di tinggal anak istri membuat Pangemanann mati rasa dan semakin mengabdi pada Kolonial Belanda. Dengan menututup mata batin dan nuraninya meski Pangemanann sangat menyukai semua tulisan tulisan karya Minke.

Semua gerak gerik Pribumi telah di awasi oleh Pangemanann, semua terekam jelas. Seperti dalam rumah kaca. Dapat terlihat dari luar namun yang ada di dalamnya tidak dapat keluar dari rumah kaca tersebut, semuanya telah terkurung selamanya.

Dari cerita ini kita tahu bahwasannya politik pengarsipan ini sangat berbahaya pada masa saat itu. Diharapkan oleh Koloniel Belanda dengan penangkapan Minke dengan di tahan selama 5 tahun bisa membungkam semua kegiatannya dengan menjebak Minke dalam sebuah konsiprasi jahat. Semua kegiatannya dibekukan oleh Kolonial Belanda termasuk semua aset aset hasil jerih payahnya selama ini tanpa sepengetahuannya.

Saat sebelum membaca ini aku kira seri keempat ini berisi kisah rumah tangga romantis antara Minke dan Prinses Kasutira setelah minke dipulangkan dalam penangkapan. Ternyata dugaanku salah besar, cerita di seri keempat ini lebih pelik. Dengan sudut pandang Pangemanan sebagai pihak belanda, pembaca jadi tahu rencana rencana jahat Kolonial Belanda terhadap Pribumi. Cara Pemerintah Belanda memandang rendah Pribumi. Pram membuat cerita ini berbeda dari ketiga cerita sebelumnya dengan menampilkan sudut pandang Kolonial Belanda agar pembaca semakin terhanyut dalam kata kata yang diceritakan, rasa takut, rasa marah serta ikut memikirkan cara kebebasan Pribumi dan rencana jahat Kolonial Belanda. Kekurangannya hanya pada saat awal awal bab saja, karena pembaca masih mengira cerita dari sudut pandang Minke membuat pembaca bingung. Hanya itu saja yang mampu aku sampaikan. Sangat direkomendasikan cerita ini untuk dibaca.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI BUKU JEJAK LANGKAH

RESENSI BUKU GADIS PANTAI

RESENSI BUKU ANIMAL FARM