GHIBAHIN TETANGGA YUK
TETANGGAKU ANEH
Catatan
Harian Si Dina. Saat arisan remaja kemarin malam, kemarin lagi, tidak tahu
siapa yang memulai kami mulai mengenang masa sekolah bersama. Padahal background pendidikan kami semua dari
sekolah berbeda. Cuman tetanggaan saja, mungkin circlenya hanya itu itu saja sehingga kami punya kenangan yang
sama. Kenangan yang mulai kami kenang bersama.
Ah
aku baru ingat bahwa aku yang memulai pembicaraan tersebut. Bermula ketika kami
berencana ingin pergi berlibur tanpa melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu. Tapi
sepertinya susah karena sudah pasti para orangtua ngintili, dengan dalih
menyewa bus sendiri. Kemudian aku berpendapat kehadiran ibu-ibu mungkin bisa
dimanfaatkan, karena mereka pasti membawa banyak makanan. Seperti teremos air
panas dan Popmie, khas bawaan ibu-ibu ketika berpergian jauh. Sedangkan bus
remaja mungkin hanya makan mie instan yang sudah kaku, bawaan khas ketika
renang. Dari situ kami mulai membicarakan kenangan dahulu saat renang.
Argo,
tetanggaku yang paling pendiam dan kaya raya, anak mantan DPRD ini sedari dulu
selalu terlihat berwibawa dan cool.
Nyatanya, ketika kumpulan remaja dia yang paling receh. Seperti dia yang saat ini membahas tentang rasa penasarannya
ketika makan mie sesudah berenang, meski kaku
tapi memiliki daya pikat yang besar untuk tetap disantap. Kemudian dia
terus berceloteh tentang kebiasaan-kebiasaan di kolam renang tersebut.
Celotehannya mampu membuat memori kita berputar ke masalalu, ternyata kebiasaan
kami semua sama saja. Seperti membeli jajan merek Zeez yang mahal sekali tapi
isinya sedikit, ketika akan membeli pasti dikocok dahulu. Kemudian Argo
berbicara diselingi tertawa sehingga suaranya tidak jelas, yang kami dengar hanya
“Suwal kari...” seketika kami ikut
terbahak. Ya sama saja, disekolah manapun pasti ada siswa yang pakaiannya
tertinggal di kamar mandi kolam renang.
Mayo,
salah satu tetanggaku yang macem coklat (manis) ini hanya bisa Nyenyenye saja. Karena dahulu dia bersekolah
di MI yang tidak pernah mengadakan renang. Tentu dia tidak bisa ikut berceloteh
mengenang masa lalu. Pembicaan mengenai masalalu masih tetap terjadi diselingi
pembicaraan tentang renaca kita membuat seragam kemeja untuk dipakai saat
liburan. Warna kemeja sudah sepakat berwarna hitam, karena bukan warna yang
diingginkan pihak perempuan, jadinya kami diam saja. Pihak perempuan sebenarnya
menginginkan warna Maroon, tapi
karena saat voting kalah jumlah jadinya kalah deh dengan pihak lelaki. Saking
frustasinya tidak ada saran medel yang bagus dari pihak perempuan yang mengerti
fashion, mas Rohim berteriak histeris dan menunjukkan kerah kemejanya sendiri
seraya berkata “Wes tulisan e nang
mburine kerah ae!!!” serempak kami langsung terbahak. Meski masih berdebat
sengit dengan pihak lelaki akhirnya kami para perempuan ikut memberi ide.
Mas
Rohim ini sosok cowok pendiam yang selalu bermuka cemberut dan terkesan seperti
cowok jahat. Sayangnya memang begitu, cara bicaranya ketus ketika bersama orang
baru. Tapi ketika dia berada di circle
tetangganya, humor recehnya keluar
semua. Aku sadar tetanggaku ini tidak ada yang waras. Mereka adalah
manusia-manusia receh yang satu
frekuensi, jadinya ketika dikumpulkan akan terjadi keributan dan kehebohan
besar. Kelakukannya juga tidak wajar, terkadang aneh dan out of the charakter yang biasa mereka perlihatkan ke orang luar.
Anak-anak nolep yang dulu sering
didalam rumah saja, ketika arisan ini dibentuk lagi keluar sifat aslinya
seperti Argo itu.
Sayangnya
kami masih punya satu tetangga nolep
yang belum tergabung ke arisan receh
ini, namanya Dimas. Dia ini nolepnya
tingkat akut, ketika kumpul arisan begini biasanya kami akan mengghibahi Dimas.
Entah itu yang dia ketika disapa tidak menyahut, atau tentang mantan-mantannya
yang rata-rata cantik. Meski suara kami heboh sepeti ada kebakaran elpiji, mas
Wahyu tetap tertidur pulas setelah makan semangkok bakso.
Ketika
berkumpul begini aku merasa diriku, nyaman, bebas dan sifat asliku keluar. Kami
sefrekuensi. Aku merasa ini memang tempatku, yang akan aku rindukan ketika
kuliah nanti. Kemudian aku ingat seseorang pernah berkata bahwa kita sebagai
manusia akan ditempatkan kedalam manusia-manusia yang sama seperti di masalalu ketika berada di
tempat baru. Begitulah cerita singkat kerecehan
teranggaku. Mungkin akan ada banyak kegilaan lainnya yang akan kami lakukan.
Komentar
Posting Komentar