MAU NGAPAIN YA?
NEXT STORY
Catatan
Harian Si Dina. Nah kita lanjut cerita lengkap mengenai jalan-jalanku kemarin.
Sebenarnya ini tidak penting sih bagi kamu. Agenda jalan-jalanku ini tidak
berpengaruh pada hidupmu. But, oke lah aku hanya ingin curcol. Yang kata mamaku kulineran di
Terminal Bungur itu ternyata ke Ramayana
dulu, baru beli makan di resto sampingnya itu. Ini adalah restoran langgananku
yang menurutku terbersih dan jauh dari bau knalpot kendaraan. Mamaku cari kaos
buat senam, papaku cari kaos santai. Mereka berburu diskonan ternyata.
Sedangkan aku dan kembaranku melihat-lihat di area baju bayi. Seriusan aku
ingin beli baju-baju itu, tapi aku sadar aku tidak punya bayi. Aku suka bayi
bukan berarti aku mau bayi sekarang juga ya. Nanti saja kalau sudah nikah,
langsung punya bayi kembar sepasang. Awww
gemoiii.
Setelah
makan, kami langsung naik keatas terminal keberangkatan. Niat awal ingin
menjemput kembaranku yang sedang dibelajari naik bus sendiri malah gagal.
Keluarga madura tidak setuju, jadinya masih didampingi saat naik bus dan di
jemput di Terminal Bungurasih. Seperti itu terus dari bulan-bulan lalu. Padahal
mama ingin aku dan kembaranku bisa berani naik bus sendiri tanpa didampingi
orang dewasa. Kemarin kembaranku ternyata ditemani oleh umik, kakaknya mamaku,
ke Terminal Bungurasih. Katanya sih umik sudah biasa naik bus, jadi santai saja
saat balik ke Madura sendirian. Padahal kami semua tahu bahwa umik ini tidak
pernah naik bus, 11 12 sama mamaku,
suka rewel kalau naik angkutan umum.
Lucunya
ketika kami akan berpisah bus dengan masuk lorong jurusan masing-masing. Umikku
mau saja ditarik oleh beberapa kondektur ke lorong jurusan patas ketika
mengatakan tujuannya. Mamaku yang sadar umik tidak bersama kami langsung
mencarinya di lorong bus patas. Padahal bus kami harusnya sama-sama bus ekonomi
karena tujuannya dekat. Untung saja mamaku tanggap menarik umik yang terlihat
linglung. Setelah memastikan umik masuk bus jurusan madura yang benar, kami
masuk ke bus jurusan Malang. Sebelumnya kami memastikan bus itu melalui jalur
tol apa. Jika tol panjang tentu saja kami tidak bisa turun di Japanan, malah
diturunkan ke Taman Dayu.
Setelah
duduk di dalam bus, kami spontan menyemburkan tawa. Menertawakan kebodohan
umik, astagfirulloh aku ini berdosa banget. Tapi serius kami tidak bisa
berhenti ngakak. Langsung kami sindir di grub keluarga. Papaku menulis “Besok kalau jangan naik bus, naik pesawat
saja”, pesan dari mamaku menyusul dibawahnya “Untung gak nyampek Kalianget” aku tahu ini kembaranku yang
menulis. “Mik jangan tidur, nanti
kebablasan sampe ujung Madura”. Jangan kaget, jokes keluargaku sekasar ini, memang keluarga bobrok sih, untung aku enggak.
Pantas
saja dahulu sebelum ada pandemi Corona ini umik pernah ke Mojokerto sendirian
karena memenuhi undangan rapat bersama Gubernur. Saat balik ke Madura, beliau
marah-marah di grup chat, katanya ongkos ke Madura kemahalan sampai 3 kali
lipat. Mungkin umik dulu juga naik bus patas. Dini saja yang sedang latihan
bepergian sendiri berani dan tahu perbedaan bus patas dan ekonomi. Sayangnya
aku tidak bisa latihan juga karena aku gampang mabok. Iya mabok kendaraan itu.
Dulu keluarga berinisiatif untuk menyuruhku menyetir mobil sendiri, heh padahal
aku ini mabok ac mobil disemua jenis loh, bukan diangkutan umum saja. Jadinya
sekarang aku jika bepergian selalu dibawakan camilan banyak agar tidak mabok.
Padahal sama saja, aku tinggal tidur saja. Karena itu aku tidak bisa ikut
latihan kemandirian.
Komentar
Posting Komentar