Produktif 10. BANGUN SENDIRI ATAU TAK BANGUNIN?!
LAGU BANGUN
TIDUR DARI MAS-MAS MERSAHKAN
Catatan Harian
Si Dina. Lagu bangun tidur ini selalu terngiang ngiang dikepalaku. Setiap pagi
pukul 3 mas-masnya akan membangunkan kami. Nada lagunya sama. Tapi sang pelopor
adalah mas Hilmy. Sepertinya susah jika menjelaskan nada lagu melalui tulisan.
Ingin rasanya aku rekam dan aku jadikan alarm.
Setiap paginya, mas Hilmy, mas Wahyu, dan mas Surya
serta mas lainnya bergantian membangunkan kami. Kata-katanya sama. ‘Bangun! Bangun! Bangun sendiri atau
dibangunkan pakai caraku!’. Begitu setiap harinya. Sampai otak kami
terdoktrin setiap mendengar kalimat dengan nada yang sama akan terperanjat
bangun.
Aku pernah mencobanya. Iseng membangunkan teman-teman
ketika tidur siang dengan lagu itu. Terbukti semua terperanjat bangun. Lagu
tersebut membuat kami selalu terbangun dengan cepat dan kaget.
Yang paling melekat dipikiranku adalah lagu yang
digunkan untuk membangunkanku. Karena aku yang paling susah dibangunkan dan
seringkali tertidur ketika membaca. ‘Din...Dina...
bangun... mau bangun sendiri atau tak bangunkan pakai caraku!’. Kalau sudah
seperti itu aku akan terperanjat bangun.
Seringkali aku tertidur lagi ketika selesai sholat
shubuh. Di awal-awal memang aku seperti ini. Sering ketiduran. Kebiasaan kebo
dari rumah terbawa sampai diklat. Bahkan pernah teman-teman turun langsung
membangunkanku karena sungkan kepada mas-masnya.
Beda lagi dengan mas Surya, kalau tidak membangunkan
dengan lagu ‘Malam terlalu malam
tidurlah’ pasti dengan gebrakan pada pintu kemudian berteriak ‘Essai essai essai!!!’. Kemudian akan
mengancam memberi minuman ramuan penghilang kantuk pada kami. Sudah pasti
ramuannya ini tidak enak. Mungkin jus terong.
Ada lagi jenis membangunkan yang susah dilupakan.
Tidak tahu mas siapa yang melakukannya, tapi ini terjadi hampir setiap hari.
Bunyi tepukan pada tembok dan decakan keras menjadi pengiring dari lagu bangun
tidur yang dikeluarkan mas-masnya. ‘CKCKCKCKCKCK’
persis seperti suara cicak. Maaf ya mas, tapi memang itu yang aku pikirkan. Aku bangun bukan karena takut pada
peringatan dari mas buat bangun. Tapi aku takut pada cicak. Sehingga alam bawah
sadarku memperingati aku untuk bangun ketika mendengar suara tersebut.
Antisipasi jika kejatuhan cicak.
Sistem membangunkan ini sering aku coba ketika
teman-teman yang lain tidur. Bukan karena iseng lagi. Tapi karena memang ingin
membangunkan mereka dikala siang hari atau bukan jamnya tidur. Sedangkan kita
masih punya tugas untuk segera dikerjakan. Mau tidak mau harus dibangunkan,
atau jika mereka melalaikan tugas, kami semua terkena hukuman.
Memang tidak masalah jika terkena hukuman bersama.
Setidaknya hargai teman yang sudah berusaha untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu. Untung saja sejauh ini teman-temanku tidak ada yang teledor seperti itu.
Jika ada fiks aku hujat sekalan aku
bimen. Biar terbuka pikirannya.
Kembali ke topik lagu bangun tidur dari mas-masnya.
Aku tahu mas-masnya ini membangunkan untuk sholat tahajut setidaknya 2 rokaat.
Karena mereka suka bilang ‘Bangun bangun
sholat!’. Sedangkan aku ya sholat, tapi sholat shubuh. Padahal waktu belum
memasuki adzan subuh. Saat waktu shubuh tiba, aku tidak mau bangun untuk sholat
lagi karena merasa sudah sholat tadi. Meski salah waktu, aku tidak peduli. Aku
akan tidur dengan buku terbuka seolah olah sedang membaca buku. Tentu dengan
mukennah yang terpasang dibadan. Agar terlihat lebih sholehah, padahal hanya
ingin kehangatan dan agar tidak digigit nyamuk.
Kemudian akan terdengar lagu khas ‘Din...Dina... bangun...bangun sendiri apa
tak bangunin pakek caraku?’. Aku kaget mengetahui bangun pakai cara masnya
itu dengan cara ekstrem bahkan
terkesan melukai fisik. Untung aku sigap bangun.
Komentar
Posting Komentar