Produktif 11. JAMU PENGHILANG JIWA
RAMUAN
MEMATIKAN
Catatan Harian Si Dina. Pada suatu malam entah hari
keberapa, sepertinya mendekati hari kepulangan. Kami mendapatkan hukuman karena
tidak menyelesaikan essai dengan tepat waktu. Oh ini setelah pulang dari makam
Syeikh Khona Kholil. Kami terlalu lelah dan badan penuh nyeri sehingga tidak
kuat untuk lanjut menulis essai. Apalagi masih ada tanggungan membaca buku.
Masih ada deadline lainnya yaitu layout. Kami memiliki 3 tugas dengan deadline
semalam.
Tanpa kami sadari bahwa itu adalah buku terakhir.
Kami juga mendapat tugas untuk meresensi buku terakhir tersebut. Aku membaca
buku MIDAH, Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer. Beruntung aku
sudah menyelesaikan essai yang bertema Madura tersebut.
Kami disarankan untuk menulis essai sesuai prodi.
Jadi aku berpikir untuk membuat sebuah essai dengan judul Kerapan Sapi di Mata
Hukum Indonesia. beruntung juga aku cepat membaca sehingga aku bisa cepat
menulis essai. Meskipun essaiku berantakan dan pemborosan kata.
Malam itu yang jadi pemantik diskusi adalah Weinona
dengan buku berjudul Wesel Pos. Dari awal ketempat diskusi aku sudah menduga
kami mendapat minuman aneh. Aku melihatnya tersembunyi dibalik tubuh mas
mbaknya. Kemudian aku ingat kalau kami seharusnya mendapat hukuman. Munkin minuman
tersebut hukumannya.
Diskusi selesai, dan inilah saat yang aku tunggu.
Waktu eksekusi. Karena aku duduknya di pinggir, jadilah aku peminum ramuan
pertama. Awal minuman tersebut masuk mulut. Rasa asin yang pertama menyapa.
Kemudian pahit seperti minum jus pohon. Khas sekali rasa pohonnya. Tapi aku
tidak tahu itu pohon apa yang di jus.
Dalam pikiranku itu mungkin saja batang cabai dan
bonggol jagung muda yang di jus. Rasanya tidak terlalu buruk. Tidak sepahit
bayanganku. Mungkin rasanya seperti oralit campur daun jambu muda yang biasa
digunakan obat mencret.
Aku lihat ekspesi teman-temanku yang hampir muntah
semua. Tidak apa-apa, mungkin mereka tidak pernah merasakan makan ulat daun
goreng atau jangkrik goreng, yang rasanya lebih aneh dari ramuan tersebut.
Namun rasa sengir tersebut menempel
disela-sela gigi. Aneh, seperti menyesap permen. Setiap menelan liar rasanya
yang aneh tersebut ikut tersedot.
Kemudian kami diberi tahu manfaat dari ramuan
tersebut. Diantaranya, menurunkan diabetes, memperlancar pencernaan, mengurangi
nyeri haid dan lain-lain. Aku terpaku pada satu kalimat memperlancar
pencernaan? Bukan malah bikin BAB mulu kan ya?. Aku mempunyai firasat pasti
besok kamar mandi penuh. Belum pagi perutku sudah berbunyi nyaring, bukan lapar
tapi mules. Padahal kami sedang membuat layout.
Jeng jeng.... benar apa yang aku ucapkan dalam hati
kemarin. Pagi ini kamar mandi sudah antri. Karena aku bangunnya belakangan,
jadinya aku mendapat giliran terakhir. Sedikit mules dan ketiduran di kamar
mandi membuat mas pemateri dan teman-teman menungguku untuk dimulainya materi.
Dan aku dengan santainya masih sempat memakai sunscreen dan lipbalm,
padahal lagi ditungguin. Masih kurang akhlak apalagi aku ini. Aku santai
menepuk-nepuk muka seerta meratakan krim agar mersap sedangkan mereka semua
sedang menungguku.
Mbak L ternyata tahu aku lama dikamar mandi karena
setor kotoran. Ya aku jujur saja karena ramuan semalam. Aku tidak gengsi untuk
BAB. Karena jika ditahan hanya karena malu dan gengsi, makan akan jadi penyakit.
Mungkin karena capek, pegal dan kurang tidur, membuatku susah berkonsentrasi.
Tak jarang aku menjawab asal saat ditanya pemateri. Itu juga karena perutku
masih mulas dan aku belum minum promag.
Komentar
Posting Komentar