Produktif 13. AKU DAN BEBEB PROMAG
PROMAG, ALAT
PENCEGAH KEMATIAN
Catatan Harian Si Dina. Promag, hanya satu obat itu
yang selalu terlintas difikiranku ketika aku lapar. Pada hari ketiga setelah
aku bisa beradaptasi dengan peraturan diklat yang mengharuskan makan gorengan
untuk sarapan dan hanya makan nasi pada sore hari, aku memutuskan membeli Promag.
Iya, aku penderita maag. Ketika aku sudah lapar, lututku bisa lemas,
tenggorokan rasa ada yang mengganjal, dan perut terasa perih, tentu disertai
pusing. Jika sampai begitu aku akan susah berkonsentrasi.
Ketika Wei keluar untuk beli gorengan dan belanja,
aku nitip belikan Promag. Harganya Rp. 800-, per kaplet. Satu kaplet isi satu
lusin atau 12 butir. 2 minggu diklat aku sudah menghabiskan 2 kaplet Promag.
Karena setiap hari aku menelan 3 sampai 4 butir promag untuk mengatasi rasa
lapar.
Terkadang aku ketika sakit perut mulas atau sekedar
kram perut karena kebanyakan duduk. Segala penyakit obatnya hanya Promag.
Bahkan ketika aku mengantuk aku juga menelan Promag. Tidak terkendali aku
menelannya.
Teman-temanku khawatir aku overdosis Promag karena aku
terlihat seperti kecanduan Promag dan dosisnya tidak terkendali. Apalagi jika
aku mulai meracau, mereka bilang aku sakau. Obat maag bisa buat sakau. Merka
sering mencegah atau mengingatkan aku ketika aku sudah kelebihan dosis. Tapi
aku masih lapar. Sebenarnya dosis 3 sampai 4 butir tablet itu tidak salah. Yang
salah karena aku makan obatnya saja tanpa disertai makan nasi.
Aku benar benar menganggap Promag sebagai alat
penunjang nyawaku. Bisa saja aku meninggal karena kelaparan kan?. Bahkan aku
sering meminum romag 15 menit sebelum makan, saking laparnya aku. Padahal
wajarnya harus 1 sampai 2 jam sebelum makan. Padahal itu berbahaya bagi
lambungku. Yang penting aku tetap melek dan tidak kelaparan. Mungkin aku bisa
membawa Promag nanti ketika diklat selanjutnya.
Ketika kemarin berjalan ke makam Syeikh Khona Kholil
saja mengemut Promag sepanjang jalan. Selain agar tidak ngantuk dan menambah
energi, Promag juga bisa buat perutku dingin dan tidak suduken lagi. Tapi malah bikin haus dan bau mulut. Tapi ya akhirnya
kehabisan energi juga aku.
Kalau kalau keluargaku tahu, pasti di infus ini
pasti. Takutnya dehidrasi yang berkepanjangan dan overdosis Promag. Sayang,
pulang diklat langsung sibuk semua, jadi tidak memperhatikan kesehatan. Tahu
begitu bawa Promag saja dari rumah, biar tidak beli. Lagipula mahal sekali Promag
satu kaplet, aku biasa ambil obat langsung mengambil tanpa beli. Sekalinya beli
langsung kaget lihat harganya.
Lagipula Promag ini bukah hanya aku saya yang
mengkonsumsi. Terkadang temanku yang lain juga minta disaat kelaparan. Bedanya
mereka minum promag hanya sekali ini saja. Sedangkan aku berkali kali. Tapi aku
diam-diam meminumnya, takut mas mbaknya menganggap serius sakit perutku. Yang
jadi kendala ketika aku butuh minum Promag tapi tidak ada airnya. Aku harus
menunggu yang beli galon dulu atau paling tidak ngasak minum di dapur.
Padahal kalau makan aku, Wei, dan Adit menjadi tempat
pembuangan. Kami yang makannya paling banyak. Tapi kenapa aku masih sering
kelaparan?. Aku kira selama diklat tubuhku akan mengurus karena jarang makan.
Tapi mengapa orang-orang bilang aku gendut sepulang dari diklat?.
Aku sempat berpikir mungkin karena terlalu banyak
mengkonsumsi Promag?. Mungkin saja. Tapi Promag sudah menyelamatku dari
kematian. Masa iya harus aku salahkan juga?. Terimakasih untuk Promag karena
selalu ada dikala aku butuh. JJ
Komentar
Posting Komentar