Produktif 2. LAGU PENYEMANGAT DARI MAS SURYA
LAGU
PENYEMANGAT DARI MAS SURYA
Catatan Harian Si Dina. Sesampainya di rumah
kontrakan, kami di masukkan kedalam sebuah kamar yang akan kami tempati
beberapa hari kedepan. Karena kondisi sedang tidak stabil karena banyak barang
bawaan kami yang ditinggal dikosan Retno, Weinona dan Anggi berangkat
mengambilnya meski diluar sedang hujan deras. Alhasil ketika sampai kontrakan
mereka berdua dalam kondisi basah kuyup.
Ada kejadian lucu ketika mereka berganti pakaian.
Anggi yang sudah ganti baju duluan membantu Weinona untuk mengambilkan bajunya
didalam tas. Karena pada saat itu kamar kami sedang penuh karena mas mbaknya
banyak berserakan, jadinya Anggi tidak bisa lewat. Dia meminta tolong ke kami,
“Rek, jopokno katok e Wei” ujarnya dengan lantang. Kami semua yang sedang
mengobrol asyik sempat terdiam. Cengo, heran dan malu dan sedikit ngakak.
Kenapa Anggi meminta barang privasi seperti itu dikeramaian. Agar mencairkan
suasana yang aneh, aku mencoba mengkonfirmasi. Oh ternyata yang dimaksud itu
celana biasa, bukan celana panjang.
Lucunya lagi, ternyata itu celananya Adit. Kami salah
mengambilkannya dari tas yang belum sempat kami tata. Tidak bisa menahan tawa,
kami semua ngakak sambil guling-guling, mungkin ada yang sambil kayang juga.
Atas kelucuan Anggi tersebut, Wei mendengarkan cerita dari kami dengan sedikit
ngakak dan banyak malunya.
Setelah hal menyenangkan yang menjadi pembukaan
diklat, kami baru diberi sebuah tugas. Membaca buku dalam kurun waktu 24 jam
dipangkas jam tidur 6 jam. 3 jam untuk tidur siang, dan 3 jam untuk tidur di
malam hari. Hari pertama membaca buku dengan ngebut membuat aku sedikit
kewalahan. Mengantuk juga rasanya.
Mas Surya, salah satu kating yang mengurusi diklat
ini usil sekali, dia menyetel lagu penyemangat agar tidak mengantuk. Bukannya
melek yang ada kami semakin mengantuk. Mana ada lagu penyemangat nada lagunya
mendayu dayu seperti itu. Alus sekali lagunya, tapi yang nyanyi lelaki, jadinya
seperti suara bencong.
Maaf ya buat yang punya lagu ataupun penikmatnya. Aku
trauma dengan lagu tersebut soalnya. Suka bikin tambah ngantuk. Maklumin saja
ya. Serah gue mau gk suka lagu yang mana dong ya. Tapi anehnya lagu itu
terngiang-ngiang di otakku. Apalagi lirik lagunya yang cuman ‘Malam terlalu malam, pagi terlalu pagi,
tidurlah....’ nempel sekali di pikiran. Mungkin karena liriknya yang mudah
dihafal itu dan sering didengerin sehingga sering terngiang-ngiang sampai
sekarang.
Mas Surya makin usil, dia menyambungkan lagu terseput
ke speaker. Makin terdengar saja lagu
tersebut. Bahayanya sekarang lagu tersebut otomatis terputar di otakku, dan aku
mengantuk. Sedangkan tanggungan Catatan Harianku masih banyak. Mantap mas,
kelakuanmu sangat meresahkan sampai
sekarang.
Semakin malam semakin mengantuk, aku sudah
berkali-kali mengubah posisi baca. Dari yang rebahan sambil senderan, rebahan
sambil ngelamun, tiduran berbantalkan mukennah, sampai posisi baca kayang sudah
aku coba. Tapi tetap mengantuk. Tidak sabar rasanya menunggu pukul 00.00 WIB.
Ingin rasanya curi-curi waktu untuk tidur. Tapi ada mas Surya di awang pintu
sedang menjadi operator speaker.
Semakin terlihat mengantuk adik adiknya, semakin
keras lagunya. Hingga hari hari berikutnya lagu tersebut menjadi lagu
penyemangat sekaligus lagu pengantar tidur bagi kami. Kami hafal lirik lagunya
dan mulai menikmati, terhanyut dalam buaian suara yang aku hina seperti suara
bencong. Terkadang lagu tersebut disetel saat membangunkan kami dini hari untuk
sholat Tahajut.
Untuk mas Surya terima kasih untuk lagunya yang
sangat mengena di hati adek-adek ini. Lagu dari mas sudah kami anggap sebagai
lagu kebangsaan yang wajib diingat dan selalu dinyanyikan dalam otak secara
otomatis. JJJ
Komentar
Posting Komentar