Produktif 5. INTEL KAMPUS
BELAJAR JADI
INTEL KAMPUS
Catatan Harian Si Dina. Tidak tahu ini hari apa dan
hari keberapa. Kami diajak pergi ke taman kampus untuk sekedar refresing. Taman
kampus. Kami tidak yakin akan berangkat sungguhan. Karena sebelumnya pernah
diajak ke taman kampus sama mas Birar, tapi ternyata hanya tipuan. Sudah lelah
kami di PHP. Jadinya kami tidak gampang percaya saat mas mbaknya mengajak ke
taman kampus.
Oh ternyata suruh berangkat beneran. Kami disuruh
berjalan duluan yang kemudian diikuti oleh mas mbaknya dari belakang.
Sesampainya digerbang kampus kami dihadang mas-mas satpamnya. Huh mereka lagi.
Kata mbak L, satpam kampus yang masih muda memang songong dan sok keren semua.
Menyebalkan.
Padahal aku sudah cuci tangan dan tes suhu di tangan.
Kata satpamnya yang boleh masuk hanya mahasiswa skripsi dan dosen. Perkataan
yang sama. Sedangkan banyak lalu lalang orang yang tidak mencerminkan dosen
maupun mahasiswa skripsi. Kami beralasan ingin berolahraga, tapi tidak
dibolehkan. Satpamnya bilang lebih penting mana skipsi sama olahraga. Dih
ngapain ngasih kita pilihan seperti itu. Tidak penting.
Bego juga kita beralasan olahraga tapi tidak memakai
sepatu. Pakaian kita juga sangat lusuh, pakai sandal jepit, dan bawa buku. Apa
karena baju lusuh saja tidak boleh masuk? Padahal kita sama-sama mahasiswa UTM.
Dih sengak banget ini satpam.
Satpamnya bilang kalau mau protes nanti saja langsung
ke bagian rektorat. Aduh aku pingin mengumpat. Yasudahlah kami duduk-duduk saja
didepan gedung pertemuan. Yang dipinggir jalan itu loh. Sudah enak dan nyaman
aku duduk santai, eh mas mbaknya ngerancanain buat nyusup masuk.
Kami dibagi jadi benerapa kelompok. Yang bagian jalan
ke gerbang lama bajunya harus rapih dan sok sibuk biar tidak terlalu dicurigai
satpamnya. Aku bersama Viola naik sepeda dengan mas Aji Iman lewat gerbang
baru. Aku copot jaket kepompongku agar tidak terlihat ndeso. Lagi pula aneh dan
panas memakai jaket di siang bolong.
Sebelumnya aku dan Vio ke kosan mas Aji dulu untuk
berganti pakaian lebih rapih dan bersepatu. Mas Aji Iman yang berganti pakaian
loh ya. Ketika cuci tangan dan tes suhu di gerbang. Aku sok cuek dan jual mahal
dihadapan satpam songong. Kesal sekali aku melihatnya. Sesampainya di taman
kampus kami bincang-bincang bagaimana cara yang lainnya masuk.
Ternyata aneh-aneh semua masuknya. Lebih tepatnya
menyelinap masuk seperti intel yang lagi sembunyi. Bahkan Adit katanya melompat
dari pagar. Wah asyik juga ini. Kapan lagi kami sembunyi-sembunyi seperti ini
ketika ingin memasuki kampus sendiri?
Kami melihat lihat gedung-gedung yang ada di kampus
sekaligus nyinyirin fasilitasnya yang
tidak berfungsi. Atau seperti mas Aji nabi yang nyinyirin tulisan Universitas Trunojoyo Madura yang tidak lengkap
hurufnya. Lumayan juga ini kampus. Bersih dan banyak pohonnya. Cuman aku takut
diusir ketika sedang berkumpul begini. Seperti dulu saat aku ikut kumpul-kumpul
bersama anak Ilmu Kelautan, kami diusir dari kampus karena membuat perkumpulan
orang dimasa pandemi seperti ini.
Setelah puas kami melihat lihat, kami digiring untuk
balik ke kontrakan. Pulangnya lewat jalur tikus. Jalanannya licin dan sepi.
Lewat gedung-gedung tua dari zaman Unibang dulu. Pantes ini untuk pembuatan
film horor. Sudah sepi, suram dan banyak pohon besarnya pula. Apalagi mas Hilmy
atau mas Aji nabi menyalakan lagu lingser wengi. Mantap makin horor saja
suasananya. Jalan ini tembus ke arah samping Gedung Pertemuan. Kami tidak harus
melewati gerbang. Jadi bebas dari cercaan dan tatapan hina para satpam. Para
satpam hanya melihat dari kejauhan saat kami lewat terus menuju jalan besar
tanpa bisa menghampiri dan menanyai macam-macam. Dalam hati aku puas.
Komentar
Posting Komentar