Prpduktif 12. GAGAL LAYOUT
GAGAL LAYOUT
Catatan Harian Si Dina. Tepat pada malam ramuan
mematikan, saat itu juga deadline layout BUBAR SM (Buletin Selebaran). Aku
dan Retno menjadi satu kelompok, kami mengerjakan di laptopku. Sayangnya
laptopku Corel Drawnya belum dikreck.
Jadinya tidak bisa tersimpan dan hasilnya sedikit berantakan.
Kemudian kami mencoba pinjam laptop yang sudah dikreck Corelnya. Hanya laptop milik Iis dan Weinona saja yang
bisa digunakan. Karena Iis masih belum selesai melayout, jadinya kami meminjam laptop milik Weinona. Laptop Wei
seringkali ngebug, membuat kami
kesulitan.
Jam sudah lewat untuk tidur, pukul 00.45 lebih.
Sedangkan teman-teman masih belum menyelesaikan layoutnya. Apalagi kelompokku
dan Retno yang harus membuat ulang dari awal. Kami bolak balik ke warung depan
untuk mendapat pengarahan dari mas Wahyu.
Disaat kalut seperti ini, mas Wahyu malah susah
dibangunkan. Sangat kebo. Sifatnya mirip sekali dengan sepupuku yang bias ada
di rumahku. Namanya Wahyu, mereka memiliki kesamaan nama dan sifat. Bahkan mas
Wahyuku ini kalau tertawa menggelegar sekali, orangnya receh dan gampang
tertidur. Dia hanya bangun ketika waktunya makan. Perutnya buncit akibat
kebanyakan makan dan tidur. Nama panggilannya Mileng. Ketika bangun kegiatannya
hanya scroll TikTok dan memvidio hal-hal tidak jelas. Bahkan Mileng ini pernah
ketiduran saat kumpulan remaja. Bisa-bisanya dia tidur ditempat keramaian
seperti itu. Apalagi dia habis makan 4 piring soto ayam yang menjadi menu makan
malam hari itu. Aku sempat berpikir hidup Mileng ini tidak berguna.
Nah kembali ke mas Wahyu Pamb bukan mas Wahyu Mileng.
Saking kebonya, mas Hilmy sampai
harus mematik korek api di tangan mas Wahyu. Katanya itu adalah membangunkan
pakai caraku. Wah baru tahu cara membangunkan seekstrem itu. Baru setelahnya
mas Wahyu bisa melek dalam waktu lama.
Kami terus mengedit sampai dini hari menjelang adzan
shubuh. Rasanya tidak tenang jika tidur tapi tugas belum selesai. Saking
capeknya kami bolak-balik, kami memutuskan untuk mengerjakan di warung depan
saja. Untung ada temannya, bersama mas Wahyu, mas Hilmy dan mbak L.
Berperang melawan musuh yang ingin merebut darah dari
dalam tubuhku. Siapa lagi kalau bukan nyamuk. Semenjak membaca Digul, aku jadi
takut dengan nyamuk. Takut kalau itu nyamuk malaria hitam yang bisa menyebabkan
kematian sama seperti di novel Digul.
Rasa lapar, mules, dingin, gatal digigit nyamuk,
gatal karena biduren aku tahan. Karena Retno lebih pusing dari aku. Aku tidak
terlalu mengerti perleptopan. Pukul 4 pagi layuot
BUBAR kami sudah selesai. Beruntung kami karena mungkin besok tidak mendapatkan
revisi. Beda dengan teman yang lain, masih ada satu tahap yang belum mereka
lakukan dan itu sudah kelompokku lakukan.
Aku membangunkan teman-teman sama seperti mas-mas
membangunkan kami biasanya. Eh temanku tidak percaya kalau sudah shubuh.
Padahal kami mendapat dispensasi tidur lebih lama. Setelah sholat shubuh aku
disuruh tidur oleh teman yang lain. Karena tahu kami tidak bisa tidur
semalaman.
Nah ini juga karena aku sakit perut, mulas karena
ramuan mematikan kemarin. Aku bangun juga tidak mandi seperti teman yang lain.
Tapi cuman sikat gigi, cuci muka dan BAB saja. Apesnya, layout yang tadi pagi
dikerjakan tidak tersimpan. Akhirnya kami buat lagi, karena laptop Weinona
sering ngebug, jadinya ganti pakai
laptop mas Wahyu.
Siang itu aku dan Retno tidak bisa tidur siang. Waktu
tidurku selama 6 jam terbuang. Aku sudah cosplay
jadi panda karena mataku menghitam. Untung saja ketika sore menjelang magrib
sudah selesai. Malamnya aku ingin balas dendam tidur yang lama.
Komentar
Posting Komentar