RESENSI ‘DUNIA KAFKA'
RESENSI
‘DUNIA KAFKA’
Dunia
Kafka atau Kafka On The Store (Ing)
merupakan novel hasil karya dari Haruki Murakami. Penulis yang bahkan tidak aku
ketahui sebelumnya ini ternyata adalah seorang yang sudah banyak dikenal dimata
internasional. Yang pasti penulisnya orang Jepang, dilihat dari namanya saja
sudah tertebak. Murakami terkenal
sebagai penulis Jepang kontemporer yang mempunyai pengaruh di era modern.
Novel-novel Murakami ini terkenal realis tapi penuh keajaiban. Tokoh-tokoh
prontagonis yang biasa dibawakannya kerap dihadirkan melalui sebuah perjalanan
kedalam dunia yang metafisik, alam bawah sadar, dunia mimpi dan tanah kematian
yang digunakan untuk menelusuri lebih jauh ingatan akan sesuatu yang pernah
dimiliki. Gaya novel Murakami yang khas membuat masyarakat menjadikannya salah
satu genre. Karyanya dibangun dengan obsesi
untuk mengekplor dan memahami inti dari identitas manusia itu sendiri.
Murakami
dilahirkan pada tahun 1949 di Kyoto, ibu kota Jepang, disebuah keluarga kelas menengah.
Ayahnya seorang guru sastra Jepang, kakeknya seorang Biksu. Yang kemudian
keluarganya pindah ke Kobe, sebuah kota pesisir pantai yang berubah menjadi
pelabuhan yang membentuk rasa kepekaanya. Novel realistis pertamanya terbit
pada tahun 1987 dengan judul Nowegian
Wood, yang berhasil mendunia dan semakin melambungkan namanya di kancah
dunia. Murakami telah memenangkan hampir semua penghargaan kepenulisan di
Jepang. Novel terbarunya, Kafka on the Shore yang akan saya bahas kali ini.
Jujur
saja awalnya saya kira novel ini merupakan novel dari negara Timur Tengah. Nama
Kafka terlalu asing untuk negara Jepang. Mengingatkan saya pada salah satu
gebetan saya dulu yang namanya ada Kafka-nya, dan dia keturunan Arab. Saya
terlalu penasaran akan isi buku sampai tidak memperhatikan nama pengarang pada
cover depan. Tebal halaman yang sampai 600 membuat saya berpikir akan lama
membacanya jadi saya berniat ngebut.
Novel
ini memiliki dua plot yang berbeda dengan dua sudut pandang yang berbeda pula.
Di satu sisi, novel ini bercerita tentang Kafka Tamura, remaja 15 tahun yang
kabur dari rumah untuk menghindari ayahnya serta mencari ibu beserta saudara
perempuannya. Disisi lainnya bercerita tentang Satoru Nakata, lelaki tua tuna wicara
yang memiliki kempuan khusus dapat berbicara dengan kucing. Atas bakat
kemampuan luar biasanya itu Nakata bekerja paruh waktu sebagai penemu kucing
hilang.
Dua
orang dengan dua kehidupan yang berbeda jauh ini terhubung di alam metafisik
dan begitu pula yang terjadi pada realitas sasungguhnya. Dengan Oedipus Complex sebagai sisipan bunga
cerita, membuat novel Post Modern ini tidak terkesan berbelit-belit dan monoton
meski memiliki dua plot yang berbeda. Penasaran dengan Oedius Complex? Dan terjadi pada tokoh mana? Saya sarankan kamu
baca novelnya sampai selesai, disana kamu akan menemukannya.
Dalam
perjalanan kaburnya, Kafka bertemu dengan Sakura, sosok yang dia duga sebagai
kakak perempuannya. Saya juga berpikir seperti itu awalnya, namun ternyata
sosok tersebut hanyalah numpang lewat sesaat meski sering kali muncul dalam
cerita. Kemudian Kafka menemukan tempat penampungan disebuah perpustakaan
pribadi milik keluarga kelas atas yang dirubah menjadi perpustakaan umum di
Takamatsu. Disana dia bertemu dengan Nona Saeki yang tertututp serta Oshima
yang cerdas dan baik hati yang kemudian menjadi teman akrabnya.
Awalnya
saya bingung mengapa ada plot mengenai kasus di Bukit Mangkok Nasi dengan tahun
yang berbeda dengan kehidupan Kafka. Rupanya Satoru Nakata merupakan salah satu
murid TK yang terkena efek aneh tersebut yang membuatnya kehilangan ingatan dan
kemampuan berbicaranya, bagai bayi baru lahir. Kejadian yang sungguh aneh bagi
saya, tapi cukup membuat penasaran.
Mereka
berdua dipertemukan pada suatu kasus pembunuhan yang melibatkan keduanya. Apa
yang akan dilakukan Nakata untuk bisa lepas dari jeratan tuduhan?. Apa pula
yang akan dilakukan si bocah 15 tahun, Kafka agar bisa lepas dari kejaran
polisi? Apa dia akan pulang kerumahnya?. Yuk baca bukunya.
Kelebihan
buku ini menurut saya ada pada ide cerita, penyampaian penulis pada pembaca
sangat jelas ini novel Post Modern. Covernya menarik dan tidak kuno. Dari
gambar di cover saja sudah bisa menarik perhatian pembaca. Kekurangannya hanya
pada tebal bukunya, membuat pembaca yang akan mulai membaca akan wegah duluan
dengan banyaknya halaman yang akan dibaca dan perbedaan plot yang membuat
bingung pada awalnya.
Komentar
Posting Komentar